Skip to content Skip to left sidebar Skip to footer




Artikel

Proses Produksi dan Pemasaran Susu Sapi Perah

Oleh : Dayat Hermawan (Widyaiswara Madya – BBPKH Cinagara)

Proses produksi dan pemasaran susu adalah aspek penting dalam industri peternakan sapi perah. Mulai dari pemeliharaan sapi hingga produk susu siap dijual, setiap tahap memerlukan perhatian khusus untuk memastikan kualitas dan efisiensi.

Smart Dairy Farming: Revolutionizing the Dairy Industry

     The dairy industry has always been a cornerstone of agricultural production, providing essential nutrients through milk and dairy products globally. However, traditional dairy farming practices have often been labor-intensive and not without challenges, including high labor costs, animal health issues, and environmental concerns. The advent of smart dairy farming is transforming the sector, leveraging technology to enhance productivity, improve animal welfare, and reduce environmental impact. This essay explores the concept of smart dairy farming, its implementation, and its benefits.

The Concept of Smart Dairy Farming

       Smart dairy farming refers to the integration of advanced technologies such as the Internet of Things (IoT), robotics, artificial intelligence (AI), and data analytics into traditional dairy farming practices. This approach aims to create a more efficient, sustainable, and profitable dairy industry. By utilizing sensors, cameras, and other monitoring devices, farmers can collect and analyze data in real-time to make informed decisions that directly impact the productivity and health of their herds.

Implementation of Smart Dairy Technologies

      One of the key components of smart dairy farming is the use of robotic milking machines, or automatic milking systems (AMS). These systems allow cows to be milked without human intervention, reducing labor costs and increasing milking efficiency. Cows can be milked more frequently, which is often more comfortable for the animal and can lead to increased milk yield. Additionally, these systems collect data on milk quantity, milking frequency, and even the health indicators from each cow, such as milk temperature and conductivity, which can help in early detection of illnesses.

     Another significant technology is the use of wearable devices for cows. These wearables, similar to fitness trackers used by humans, monitor various health indicators such as heart rate, activity levels, and rumination patterns. This data helps in monitoring the overall well-being of the cattle, detecting early signs of distress, illness, or injury. Early intervention leads to better management of health issues, reducing veterinary costs and improving the lifespan and productivity of the dairy cows.

       Feed management systems are also part of smart dairy farming. These systems optimize feed usage based on the herd’s nutritional needs, which are calculated from the data collected through sensors. This not only ensures that the cows are fed a diet optimized for health and milk production but also reduces waste and manages costs effectively.

    Environmental monitoring tools integrate into smart dairy farms to control the microclimate within barns. Sensors monitor conditions such as temperature, humidity, and ammonia levels, adjusting ventilation systems automatically to maintain optimal conditions. This not only contributes to the cows’ health and comfort but also minimizes the farm’s environmental footprint by regulating resource use and reducing emissions.

Benefits of Smart Dairy Farming

        The benefits of smart dairy farming are manifold. Firstly, the increased automation reduces the reliance on manual labor, which can be scarce and expensive. This shift not only cuts costs but also allows labor to be redirected towards more skilled tasks within the farm management spectrum.

      Secondly, the health monitoring systems lead to healthier cows with longer productive lifespans. By catching health issues early, treatment can be more effective, and the spread of diseases can be controlled more efficiently. Healthier cows produce higher-quality milk, which benefits both the consumer and the farmer.

     Moreover, smart dairy farming facilitates a more sustainable approach to dairy production. By optimizing resource use and improving waste management, farms can reduce their environmental impact. Precision farming techniques ensure that feed, water, and energy are used efficiently, minimizing waste and pollution.

      Finally, the data-driven approach of smart dairy farming provides farmers with insights that were previously inaccessible. This data can be used to improve breeding decisions, manage genetic traits, and enhance overall herd management, leading to better productivity and profitability.

Conclusion

     Smart dairy farming represents a paradigm shift in how dairy operations are conducted. As technology continues to evolve, the potential for further integration of AI and IoT in dairy farming seems boundless. This technological revolution not only promises to make dairy farming more profitable but also more humane and sustainable. As the global population continues to grow, and with it the demand for dairy products, smart dairy farming stands out as a crucial innovation in meeting future food security needs while ensuring the welfare of animals and the preservation of our environment.

Kesehatan dan Perawatan Sapi Perah

ambar 43. Pemeriksaan Penyakit Sapi Perah (Sumber : Koleksi Pribadi)

Gambar 43. Pemeriksaan Penyakit Sapi Perah

(Sumber : Koleksi Pribadi)

Oleh : Dayat Hermawan (Widyaiswara Madya)

Kesehatan dan perawatan sapi perah adalah aspek penting dalam peternakan untuk memastikan bahwa sapi tetap sehat, produktif, dan mampu menghasilkan susu berkualitas tinggi. Kesehatan dan perawatan sapi perah memerlukan perhatian dan manajemen yang baik. Dengan melakukan pencegahan penyakit, menjaga kebersihan, memberikan nutrisi yang seimbang, serta melakukan perawatan kesehatan yang tepat, peternak dapat memastikan bahwa sapi perah tetap sehat dan produktif. Investasi dalam kesehatan sapi tidak hanya meningkatkan kesejahteraan ternak, tetapi juga berkontribusi pada keberhasilan usaha peternakan.

 

A. PENCEGAHAN PENYAKIT

Vaksinasi dan program kesehatan rutin adalah elemen kunci dalam manajemen kesehatan sapi perah. Program ini bertujuan untuk mencegah penyakit, meningkatkan produktivitas, dan menjaga kesejahteraan hewan.

1 . Vaksinasi

Vaksinasi adalah tindakan pencegahan untuk melindungi sapi dari penyakit infeksius yang dapat mempengaruhi kesehatan, produktivitas, dan kesejahteraan sapi perah.

a. Jenis Vaksin

Jenis vaksin dibedakan berdasarkan cara pembuatan, mekanisme kerja, dan target penyakitnya. Setiap jenis vaksin memiliki keunggulan dan penggunaan khusus tergantung pada sifat penyakit yang hendak dicegah. Berikut beberapa jenis vaksin sapi perah :

 

  • Vaksin Brucellosis mencegah brucellosis, penyakit yang dapat menyebabkan abortus pada sapi betina; umumnya diberikan pada sapi betina yang berusia 4-6 bulan.
  • Vaksin Leptospirosis mencegah leptospirosis, infeksi bakteri yang dapat menular ke manusia dan menyebabkan masalah reproduksi pada sapi; diberikan pada sapi dewasa, terutama menjelang masa reproduksi.
  • Vaksin IBR (Infectious Bovine Rhinotracheitis) mencegah infeksi saluran pernapasan yang dapat mengurangi produktivitas susu; diberikan pada sapi dewasa sebelum masa reproduksi atau saat terjadi outbreak.
  • Vaksin BVD (Bovine Viral Diarrhea) mencegah diare virus yang dapat menyebabkan kematian pada sapi muda dan mengurangi produksi susu; diberikan pada sapi muda dan dewasa.
  • Vaksin Anthrax mencegah anthrax, penyakit menular yang fatal. Vaksin ini biasanya diberikan di daerah yang endemis; diberikan pada sapi dewasa, terutama sebelum musim kemarau.

b. Jadwal Vaksinasi

Jadwal vaksinasi dapat bervariasi tergantung pada wilayah, risiko penyakit, dan kondisi peternakan. Jadwal ini dapat disesuaikan dengan saran dari dokter hewan atau otoritas kesehatan hewan setempat, tergantung pada prevalensi penyakit di daerah peternakan.

Vaksinasi harus dilakukan sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh dokter hewan. Jadwal ini dapat bervariasi tergantung pada jenis vaksin, usia sapi, dan kondisi kesehatan ternak. Catatan yang harus diperhatikan yaitu vaksinasi yang baik perlu dipertahankan untuk memantau status vaksinasi setiap sapi.

c. Program Kesehatan Rutin

Program kesehatan rutin meliputi pemeriksaan kesehatan secara berkala dan tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan sapi secara keseluruhan. Beberapa aspek penting dari program kesehatan rutin antara lain :

  • Pemeriksaan Kesehatan

Melakukan pemeriksaan fisik secara rutin untuk memantau kondisi tubuh sapi, termasuk suhu, denyut jantung, dan pernapasan; serta memeriksa tanda-tanda penyakit, seperti lesu, penurunan nafsu makan, atau gejala pernapasan. Selain itu dilakukan juga pemeriksaan kesehatan reproduksi sapi betina untuk memastikan bahwa mereka dalam kondisi baik untuk kawin dan menghasilkan anak.

  • Perawatan Kuku

Memeriksa dan merawat kuku sapi secara rutin untuk mencegah masalah kaki, seperti penyakit kaki dan mulut atau kuku yang terlalu panjang.

  • Pengendalian Parasit

Melakukan pemeriksaan untuk mendeteksi infestasi parasit internal (cacing) dan eksternal (kutuan, tungau); serta memberikan obat antiparasit sesuai kebutuhan untuk menjaga kesehatan sapi.

  • Nutrisi dan Suplemen

Memastikan sapi mendapatkan pakan yang seimbang dan suplemen nutrisi yang cukup untuk mendukung kesehatan dan produksi susu; serta memantau berat badan dan kondisi tubuh untuk memastikan sapi mendapatkan cukup nutrisi.

  • Recording Kesehatan

Mencatat riwayat kesehatan, vaksinasi, dan pengobatan untuk setiap sapi. Catatan ini penting untuk pengelolaan kesehatan dan memudahkan identifikasi masalah kesehatan.

  1. Pendidikan dan Pelatihan

Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada peternak tentang praktik terbaik dalam pengelolaan kesehatan sapi perah, termasuk cara mengenali tanda-tanda penyakit dan pencegahan penyakit.

 

B. PENANGANAN PENYAKIT UMUM PADA SAPI PERAH

Penanganan penyakit umum pada sapi perah sangat penting untuk menjaga kesehatan, produktivitas, dan kesejahteraan ternak. Beberapa penyakit yang sering terjadi pada sapi perah dan cara penanganannya sebagai berikut :

  1. Mastitis (Radang Ambing)

Mastitis adalah infeksi pada jaringan payudara sapi yang menyebabkan peradangan dan dapat mengurangi produksi susu.

a. Gejala

  • Pembengkakan, kemerahan, atau nyeri pada salah satu atau kedua puting susu.
  • Susu yang dihasilkan mungkin bercampur nanah atau darah.
  • Penurunan nafsu makan dan demam.

b. Penanganan

  • Perawatan Medis : menggunakan antibiotik yang diresepkan oleh dokter hewan untuk mengobati infeksi.
  • Pencegahan : menjaga kebersihan saat memerah susu, menggunakan peralatan yang bersih, dan memberikan pakan yang berkualitas baik.
  • Monitoring : memantau kesehatan sapi secara berkala untuk deteksi dini dan penanganan segera.

 

  1. Diare

Diare dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk infeksi bakteri, virus, atau parasit, serta perubahan pakan yang mendadak.

a. Gejala

  • Feses yang lebih cair dari biasanya.
  • Penurunan berat badan dan dehidrasi.
  • Kelesuan dan nafsu makan menurun.

b. Penanganan

  • Perawatan Medis : menggunakan obat antidiarrheal dan elektrolit untuk mengatasi dehidrasi.
  • Perbaikan Pakan : menghindari perubahan mendadak dalam pakan dan memastikan pakan berkualitas baik.
  • Pencegahan : vaksinasi terhadap penyakit yang dapat menyebabkan diare, seperti BVD (Bovine Viral Diarrhea).

 

  1. Penyakit Pernapasan

Penyakit pernapasan, seperti pneumonia, sering terjadi pada sapi perah, terutama pada kondisi lingkungan yang tidak baik.

a. Gejala

  • Batuk, bernapas cepat atau sulit, dan keluarnya lendir dari hidung.
  • Penurunan produksi susu dan nafsu makan.

b. Penanganan

  • Perawatan Medis : menggunakan antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri dan obat anti-inflamasi untuk meredakan gejala.
  • Pencegahan : menjaga kebersihan kandang, ventilasi yang baik, dan menghindari stres pada sapi.
  • Monitoring : memantau kondisi sapi secara rutin untuk deteksi dini.
  1. Brucellosis (Gugur Menular)

Brucellosis adalah infeksi bakteri yang dapat menyebabkan abortus pada sapi betina dan masalah reproduksi.

  1. Gejala
  • Aborsi pada sapi betina, terutama pada trimester kedua.
  • Penurunan produksi susu dan masalah kesuburan.
  1. Penanganan
  • Pencegahan : vaksinasi sapi betina, terutama pada usia muda.
  • Isolasi : mengisolasi sapi yang terinfeksi untuk mencegah penularan ke sapi lain.
  • Pengobatan : tidak ada pengobatan khusus, tetapi sapi yang terinfeksi harus dikeluarkan dari kawanan.

 

  1. Kuku Busuk (Foot Rot)

Kuku busuk adalah infeksi yang menyebabkan pembengkakan dan peradangan pada kuku.

a. Gejala

  • Pembengkakan dan nyeri pada kuku.
  • Kesulitan bergerak dan berdiri.

b. Penanganan

  • Perawatan Medis : penggunaan antibiotik dan antiseptik untuk mengobati infeksi.
  • Pencegahan : menjaga kebersihan kandang dan lingkungan untuk menghindari kondisi lembab yang dapat menyebabkan infeksi.
  • Perawatan Kuku : memotong kuku secara teratur dan memeriksa kuku untuk tanda-tanda infeksi.

 

  1. Penyakit Kardiovaskular

Penyakit kardiovaskular, seperti cardiomyopathy, dapat terjadi pada sapi perah dan mempengaruhi fungsi jantung.

a. Gejala

  • Kelelahan, kesulitan bernapas, dan penurunan produksi susu.
  • Pembengkakan pada anggota tubuh.

b. Penanganan

  • Perawatan Medis : pengobatan yang diresepkan oleh dokter hewan untuk memperbaiki fungsi jantung.
  • Nutrisi yang Baik : memberikan pakan yang seimbang dan kaya nutrisi untuk mendukung kesehatan jantung.
  • Monitoring : melakukan pemeriksaan rutin untuk mendeteksi gejala awal.

 

  1. Penyakit Metabolik (Misalnya Ketosis)

Ketosis adalah kondisi yang terjadi akibat kekurangan energi, terutama pada sapi laktasi tinggi.

a. Gejala

  • Penurunan nafsu makan, penurunan produksi susu, dan peningkatan kadar keton dalam urin.
  • Penurunan berat badan.

b. Penanganan

  • Perawatan Medis : penggunaan obat dan suplemen untuk meningkatkan energi dan mengatasi ketosis.
  • Pencegahan : memberikan pakan yang seimbang dan memantau kondisi sapi secara rutin.
  • Nutrisi : memberikan konsentrat yang cukup untuk mendukung produksi susu.

Gambar 44. Vaksinasi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) (Sumber : Koleksi Pribadi)

Pakan dan Nutris Sapi Perah

Gambar 41. Hijauan Dicacah dan Konsentrat Pabrik

(Sumber : Koleksi Pribadi)

Pakan dan Nutris Sapi Perah

Oleh : Dayat Hermawan (Widyaiswara Madya)

Pakan yang tepat sangat penting dalam beternak sapi perah untuk memastikan kesehatan dan produktivitas sapi. Pakan dapat dibagi menjadi tiga kategori utama : pakan hijauan, konsentrat, dan suplemen nutrisi.

 

  1. JENIS PAKAN
  2. Pakan Hijauan

Pakan hijauan adalah sumber pakan utama untuk sapi perah. Ini adalah pakan yang berasal dari tanaman hijau yang kaya akan serat, vitamin, dan mineral.

  1. Jenis Hijauan
    • Rumput (Gramineae)

Contoh : Rumput gajah, rumput pahit, dan rumput lapangan; dengan kandungan nutrisinya tinggi serat, rendah protein, serta cocok sebagai pakan dasar.

  • Kacang-kacangan (Leguminoseae)

Contoh : Kacang-kacangan (kacang hijau, kedelai), clover, dan alfalfa; dengan kandungan nutrisinya tinggi protein dan mineral, serta membantu meningkatkan kualitas pakan.

  • Daun-daunan

Contoh : Daun singkong, daun pepaya, dan daun kelapa; yang mampu menyediakan berbagai vitamin dan mineral yang penting untuk kesehatan sapi.

  • Pakan Fermentasi (Silase)

Contoh : Silase jerami dan silase rumput; pakan ini dapat disimpan untuk digunakan pada musim kering, serta kaya akan energi dan nutrisi.

  1. Manfaat Hijauan
    • Serat dalam pakan hijauan membantu menjaga kesehatan sistem pencernaan sapi.
    • Memberikan vitamin dan mineral yang penting untuk pertumbuhan dan produksi susu.
    • Sumber pakan yang relatif murah dan mudah didapat.
  2. Konsentrat

Konsentrat adalah pakan yang memiliki kandungan nutrisi tinggi, biasanya mengandung energi, protein, dan mineral yang lebih banyak dibandingkan pakan hijauan. Konsentrat umumnya diberikan dalam jumlah yang lebih kecil.

  1. Jenis Konsentrat
  • Biji-bijian

Contoh : Jagung, kedelai, dan gandum; dengan kandungan nutrisi tinggi karbohidrat yang memberikan energi untuk sapi.

  • Pakan Olahan/Pabrik

Contoh : Pakan komersial yang sudah diformulasikan, pellet, dan blok pakan; yang mengandung campuran yang seimbang antara energi, protein, vitamin, dan mineral.

  • Kacang-kacangan

Contoh : Kedelai, kacang hijau, dan kacang tanah; biasanya digunakan sebagai sumber protein yang baik dan asam amino esensial.

  1. Manfaat Konsentrat
  • Dengan memberikan konsentrat, sapi perah dapat menghasilkan susu dalam jumlah yang lebih banyak.
  • Konsentrat memberikan tambahan energi dan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan yang lebih cepat, terutama pada sapi muda.
  • Konsentrat yang baik dapat meningkatkan kualitas susu, seperti kandungan lemak dan protein.
  1. Suplemen Nutrisi

Suplemen nutrisi adalah tambahan yang diberikan kepada sapi perah untuk melengkapi kebutuhan gizi yang tidak terpenuhi dari pakan hijauan dan konsentrat.

  1. Jenis Suplemen Nutrisi
    • Vitamin dan Mineral

Contoh : Suplemen kalsium, fosfor, magnesium, dan vitamin A, D, E; yang membantu menjaga kesehatan tulang, fungsi reproduksi, dan sistem imun sapi.

  • Probiotik dan Prebiotik

Meningkatkan kesehatan pencernaan dengan menjaga keseimbangan mikroba dalam rumen.

  • Suplemen Energi

Contoh : Molasses, minyak nabati, dan lemak tambahan, yang berfungsi menyediakan tambahan energi yang diperlukan, terutama pada fase laktasi tinggi.

  1. Manfaat Suplemen Nutrisi
    • Suplemen yang tepat dapat membantu mencegah penyakit dan meningkatkan daya tahan tubuh.
    • Suplemen memastikan sapi mendapatkan semua nutrisi yang diperlukan untuk memaksimalkan produksi susu.
    • Menggunakan suplemen yang tepat dapat meningkatkan kualitas susu, termasuk kadar lemak dan protein.
  2. Pola Pemberian Pakan
    • Pakan hijauan sebaiknya diberikan dalam jumlah yang cukup, minimal 50-60% dari total pakan harian, atau antara 10-20% dari bobot badan.
    • Konsentrat dapat diberikan 2-3 kali sehari, disesuaikan dengan kebutuhan sapi dan tahap laktasi, atau antara 1-2% dari bobot badan.
    • Suplemen dapat diberikan setiap hari atau sesuai dengan kebutuhan, terutama saat sapi dalam kondisi stres atau dalam fase laktasi tinggi.

 

  1. RASIO PEMBERIAN PAKAN BERDASARKAN USIA DAN KONDISI SAPI PERAH

Rasio pemberian pakan pada sapi perah sangat penting untuk memastikan kesehatan, pertumbuhan, dan produksi susu yang optimal. Pemberian pakan yang tepat harus disesuaikan dengan usia, tahap pertumbuhan, dan kondisi kesehatan sapi.

  1. Pedet (Usia 0 – 6 Bulan)

Pada tahap ini, sapi muda memerlukan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhan yang optimal. Pakan harus terdiri dari kombinasi pakan hijauan, konsentrat, dan suplemen.

  • Hijauan : 40-60% dari total pakan harian.
  • Konsentrat : 20-30% dari total pakan harian.
  • Suplemen Nutrisi : 10-20% dari total pakan harian (terutama vitamin dan mineral).
  1. Sapi Muda (Usia 0 – 11 Bulan)

Sapi remaja mengalami pertumbuhan yang cepat dan memerlukan lebih banyak energi dan protein untuk mendukung pertumbuhan otot dan tulang.

  • Hijauan : 30-50% dari total pakan harian.
  • Konsentrat : 30-50% dari total pakan harian.
  • Suplemen Nutrisi : 10-20% dari total pakan harian.
  1. Sapi Dewasa (Usia 1 – 2 Tahun)

Pada tahap ini, sapi sudah mulai siap untuk dikawinkan dan memerlukan rasio pakan yang seimbang untuk mendukung kesehatan reproduksi dan pertumbuhan.

  • Hijauan : 50-70% dari total pakan harian.
  • Konsentrat : 20-30% dari total pakan harian.
  • Suplemen Nutrisi : 10% dari total pakan harian.
  1. Sapi Bunting (Trimester Pertama)

Selama trimester pertama, kebutuhan nutrisi sapi bunting tidak jauh berbeda dengan sapi dewasa, tetapi perhatian ekstra harus diberikan pada kualitas pakan.

  • Hijauan : 50-60% dari total pakan harian.
  • Konsentrat : 30-40% dari total pakan harian.
  • Suplemen Nutrisi : 10% dari total pakan harian (terutama mineral penting seperti kalsium dan fosfor).
  1. Sapi Bunting (Trimester Kedua dan Ketiga)

Kebutuhan nutrisi sapi bunting meningkat pada trimester kedua dan ketiga untuk mendukung perkembangan janin.

  • Hijauan : 40-50% dari total pakan harian.
  • Konsentrat : 40-50% dari total pakan harian.
  • Suplemen Nutrisi : 10% dari total pakan harian.
  1. Sapi Laktasi (Pascakawin)

Sapi yang sedang menyusui memerlukan lebih banyak pakan untuk mendukung produksi susu yang tinggi.

  • Hijauan : 30-50% dari total pakan harian.
  • Konsentrat : 40-60% dari total pakan harian (tergantung pada tingkat produksi susu).
  • Suplemen Nutrisi : 10-20% dari total pakan harian (diperlukan untuk memastikan kualitas susu).
  1. Sapi Kering (Dry Period)

Sapi yang sudah tidak lagi menyusui dan mendekati masa kering perlu diberikan pakan yang memadai untuk mempersiapkan laktasi berikutnya.

  • Hijauan : 50-70% dari total pakan harian.
  • Konsentrat : 20-30% dari total pakan harian.
  • Suplemen Nutrisi : 5-10% dari total pakan harian.

Gambar 42. Kosentrat Pabrik dan Hijauan Dikonsumsi

(Sumber : Koleksi Pribadi)

 

Kandang dan Peralatan Sapi Perah

Sinkronisasi Ovulasi Sebagai Upaya Peningkatan Efisiensi Inseminasi Buatan (IB) pada Sapi

Oleh: drh. Dwida Agustina Suherman, M.Si

Penerapan bioteknologi reproduksi yang sedang berkembang yaitu sinkronisasi ovulasi menjadi salah satu upaya lain dalam meningkatkan jumlah populasi sapi. Sinkronisasi ovulasi adalah teknik reproduksi yang bertujuan menyeragamkan waktu birahi dan ovulasi pada sapi betina, sehingga inseminasi buatan (IB) dapat dilakukan secara lebih terencana dan efisien. Teknik ini sangat bermanfaat, terutama dalam meningkatkan keberhasilan kebuntingan dan mengoptimalkan manajemen reproduksi di peternakan.

Waktu yang Tepat untuk Inseminasi Buatan (IB) pada Sapi

Oleh : drh. Dwi Windiana, M.Si

Widyaiswara Ahli Utama BBPKH Cinagara

Keberhasilan inseminasi buatan (IB) pada sapi sangat dipengaruhi oleh ketepatan waktu. IB harus dilakukan saat sapi betina berada pada masa subur (birahi), yaitu ketika sel telur dilepaskan dari ovarium (ovulasi). Menentukan waktu yang tepat membutuhkan pemahaman tentang tanda-tanda birahi dan perkiraan waktu ovulasi

Deteksi Berahi Pada Sapi Menggunakan Metode Apus Vaginal

Oleh drh Fera Aryanti, M.Sc

Widyaiswara Ahli Madya BBPKH Cinagara

Proses  perkawinan  pada sapi  dapat  dilakukan  secara  kawin  alam maupun Inseminasi Buatan (IB). Proses perkawinan tersebut akan berjalan jika sapi betinanya berahi. Ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mengetahui fase berahi  pada sapi. Salah satunya dengan metode Vaginal Smear. Metode vaginal smear lebih banyak digunakan karena bisa menunjukkan hasil yang lebih akurat.

Keselamatan Kerja dalam Inseminasi Buatan (IB) pada Sapi

Oleh : Wilmy Rahma Wirondas

Widyaiswara Ahli Madya BBPKH Cinagara

Inseminasi buatan (IB) adalah teknik yang membutuhkan keterampilan khusus, dan pelaksana IB (inseminator) berisiko mengalami cedera atau gangguan kesehatan jika tidak memperhatikan aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Untuk memastikan keselamatan baik bagi petugas maupun hewan, diperlukan prosedur dan langkah pencegahan yang tepat.

 

Menangani Semen Beku

Oleh : Dr. drh. Wisnu Jaka Dewa, M.Sc

Widyaiswara BBPKH

Inseminasi buatan (IB) adalah teknik reproduksi pada sapi di mana semen atau sperma yang telah dibekukan digunakan untuk membuahi betina secara artifisial tanpa memerlukan perkawinan alami. Penggunaan semen beku pada IB sapi memiliki beberapa keunggulan, seperti efisiensi reproduksi yang tinggi, pengendalian mutu genetika, dan peningkatan produktivitas. Berikut penjelasan mengenai semen beku dan proses IB pada sapi. 

Skip to content