Skip to content Skip to left sidebar Skip to footer




Dayat Hermawan

Pemilihan Bibit Sapi Perah

Pemilihan Bibit Sapi Perah
Oleh : Dayat Hermawan (Widyaiswara Madya)

 

  1. STRATEGI MEMILIH BIBIT SAPI PERAH

Memilih bibit sapi perah yang berkualitas merupakan langkah krusial dalam beternak sapi perah, karena bibit yang baik akan menentukan produktivitas dan kesehatan sapi di masa depan.

  1. Asal Usul dan Silsilah (Pedigree)

Periksa silsilah sapi untuk memastikan bahwa bibit berasal dari garis keturunan yang memiliki riwayat produksi susu yang tinggi. Informasi tentang produksi susu dari induk dan neneknya dapat memberikan indikasi mengenai potensi genetik bibit tersebut. Pastikan bahwa sapi berasal dari keluarga yang bebas dari penyakit genetik atau keturunan yang dapat mempengaruhi kesehatan dan produktivitasnya, seperti mastitis atau gangguan reproduksi.

  1. Kondisi Fisik dan Kesehatan

Pilih sapi dengan penampilan fisik yang baik, seperti tubuh yang simetris, kaki yang kuat, dan kuku yang sehat. Kaki yang kokoh penting untuk menopang berat badan sapi dan mendukung mobilitas yang baik, yang berpengaruh pada kemampuannya untuk mencapai pakan dan minum. Pastikan sapi bebas dari penyakit menular, parasit, dan memiliki kondisi kesehatan umum yang baik. Sapi yang sehat biasanya memiliki nafsu makan yang baik, bulu yang mengkilap, dan mata yang cerah. Lakukan pemeriksaan kesehatan yang meliputi tes darah, pemeriksaan kondisi fisik, dan pengujian untuk penyakit menular seperti brucellosis atau tuberkulosis sebelum membeli sapi.

  1. Produksi Susu

Pilih bibit dari induk yang dikenal memiliki produksi susu tinggi. Bibit yang berasal dari induk dengan rata-rata produksi susu harian yang tinggi cenderung mewarisi potensi yang sama. Selain kuantitas, perhatikan juga kualitas susu, termasuk kandungan lemak dan protein yang tinggi, karena ini penting untuk produksi produk olahan susu seperti keju dan yogurt.

  1. Struktur Tubuh dan Kondisi Reproduksi

Sapi perah yang baik memiliki tubuh yang panjang, dengan rangka yang kuat dan kapasitas perut yang besar, yang memungkinkan mereka mengonsumsi pakan dalam jumlah besar untuk mendukung produksi susu. Bibit sapi betina harus memiliki alat reproduksi yang sehat, dengan siklus estrus (birahi) yang normal. Bibit yang memiliki riwayat kesulitan melahirkan atau infertilitas harus dihindari.

  1. Umur Bibit

Bibit sapi perah sebaiknya dipilih pada usia sekitar 18-24 bulan untuk sapi betina, ketika mereka sudah mendekati kematangan reproduksi dan siap untuk dikawinkan. Sapi yang terlalu muda atau terlalu tua mungkin tidak optimal untuk dikembangkan sebagai indukan.

  1. Adaptasi Terhadap Lingkungan

Pilih bibit yang telah beradaptasi dengan kondisi lingkungan lokal, termasuk iklim, suhu, dan kondisi pakan. Sapi yang berasal dari daerah dengan kondisi lingkungan yang mirip cenderung memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap stres lingkungan. Pastikan bibit mampu beradaptasi dengan jenis pakan yang tersedia di wilayah peternakan Anda. Sapi yang tidak cocok dengan pakan lokal mungkin akan mengalami penurunan produksi susu.

  1. Manajemen dan Perawatan Sebelumnya

Periksa riwayat perawatan dan manajemen dari peternakan asal bibit. Bibit yang berasal dari peternakan dengan manajemen yang baik biasanya lebih sehat dan memiliki potensi yang lebih tinggi. Pastikan sapi sudah terbiasa dengan rutinitas pemerahan dan perawatan dasar lainnya. Sapi yang tidak terbiasa bisa mengalami stres yang mempengaruhi produksi susu.

  1. Sertifikat dan Dokumentasi

Pastikan sapi dilengkapi dengan sertifikat kesehatan yang sah, yang dikeluarkan oleh otoritas kesehatan hewan yang berwenang. Ini menjamin bahwa sapi bebas dari penyakit menular dan layak untuk dikembangbiakkan. Bibit yang berkualitas biasanya disertai dengan dokumentasi lengkap mengenai asal usul, silsilah, dan rekam medis. Dokumentasi ini penting untuk transparansi dan keaslian informasi tentang bibit.

  1. Konsultasi dengan Ahli

Sebelum memutuskan untuk membeli bibit, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter hewan atau ahli peternakan yang berpengalaman. Mereka dapat memberikan saran yang objektif berdasarkan penilaian langsung terhadap kondisi bibit.

  1. JENIS-JENIS SAPI PERAH YANG POPULER DI INDONESIA

Di Indonesia, terdapat beberapa jenis sapi perah yang populer dan sering dipelihara oleh peternak karena produktivitas susu yang tinggi, ketahanan terhadap iklim tropis, serta adaptasi yang baik terhadap kondisi lingkungan setempat.

  1. Friesian Holstein (FH)
  • Asal Usul

Sapi ini berasal dari Belanda dan Jerman Utara, tepatnya dari daerah Friesland dan Holstein.

  • Karakteristik

FH dikenal sebagai sapi perah dengan produksi susu tertinggi di dunia. Sapi ini berwarna hitam-putih dengan tubuh besar, berat sapi dewasa betina bisa mencapai 600-700 kg, sedangkan jantan bisa lebih dari 1.000 kg.

  • Produksi Susu

Produksi susu sapi FH sangat tinggi, rata-rata bisa mencapai 25-30 liter per hari, dengan kandungan lemak susu sekitar 3-4%.

  • Adaptasi di Indonesia

FH sangat populer di Indonesia dan telah beradaptasi dengan baik di daerah beriklim sejuk seperti Lembang (Jawa Barat) dan Batu (Jawa Timur). Namun, sapi ini memerlukan manajemen yang baik karena lebih rentan terhadap kondisi panas dan kelembapan tinggi.

  1. Jersey
  • Asal Usul

Sapi Jersey berasal dari Pulau Jersey di Inggris.

  • Karakteristik

Jersey berukuran lebih kecil dibandingkan FH, dengan berat sapi betina dewasa sekitar 400-500 kg. Sapi ini memiliki warna tubuh cokelat muda hingga cokelat tua dengan wajah yang biasanya lebih terang.

  • Produksi Susu

Meskipun produksi susu sapi Jersey lebih rendah dibandingkan FH, yaitu sekitar 15-20 liter per hari, susu Jersey memiliki kandungan lemak yang lebih tinggi, mencapai 4-6%. Ini membuatnya ideal untuk produksi keju dan mentega.

  • Adaptasi di Indonesia

Sapi Jersey lebih tahan terhadap panas dan dapat beradaptasi lebih baik di daerah tropis dibandingkan dengan FH. Di Indonesia, sapi ini dipelihara di daerah yang lebih panas dan lembab.

  1. Ayrshire
  • Asal Usul

Ayrshire berasal dari daerah Ayr di Skotlandia.

  • Karakteristik

Sapi ini berukuran sedang, dengan warna bulu merah dan putih yang khas. Berat sapi betina dewasa sekitar 450-600 kg.

  • Produksi Susu

Produksi susu Ayrshire cukup tinggi, sekitar 20-25 liter per hari, dengan kandungan lemak susu sekitar 4%. Susu Ayrshire dikenal berkualitas tinggi dan sangat cocok untuk produksi keju.

  • Adaptasi di Indonesia

Ayrshire memiliki kemampuan beradaptasi yang baik terhadap berbagai kondisi lingkungan, meskipun di Indonesia masih kurang populer dibandingkan FH dan Jersey.

  1. Guernsey
  • Asal Usul

Sapi Guernsey berasal dari Pulau Guernsey di Inggris.

  • Karakteristik

Sapi ini berukuran sedang, dengan warna cokelat kemerahan dan putih. Guernsey memiliki karakteristik tubuh yang kompak dengan berat sapi betina dewasa sekitar 500-600 kg.

  • Produksi Susu

Sapi Guernsey dikenal dengan susu yang memiliki kandungan beta-karoten tinggi, memberikan warna kuning alami pada produk susu. Produksi susunya sekitar 15-20 liter per hari dengan kandungan lemak sekitar 4-5%.

  • Adaptasi di Indonesia

Sapi Guernsey cukup tahan terhadap kondisi lingkungan tropis dan memiliki adaptasi yang baik, tetapi jumlahnya masih terbatas di Indonesia.

  1. Sahiwal
  • Asal Usul

Sapi Sahiwal berasal dari daerah Punjab, Pakistan dan India.

  • Karakteristik

Sahiwal adalah salah satu jenis sapi perah yang juga memiliki kemampuan sebagai sapi potong (dual-purpose). Sapi ini memiliki warna kulit cokelat kemerahan dan tubuh yang lebih besar dibandingkan Jersey, dengan berat sapi betina dewasa sekitar 400-500 kg.

  • Produksi Susu

Produksi susu Sahiwal relatif rendah dibandingkan dengan FH, sekitar 10-15 liter per hari, tetapi susu ini memiliki kandungan lemak yang baik, sekitar 4-5%.

  • Adaptasi di Indonesia

Sapi Sahiwal sangat tahan terhadap kondisi tropis dan panas, sehingga cocok dipelihara di daerah dengan iklim yang lebih ekstrem di Indonesia.

  1. Peranakan Friesian Holstein (PFH)
  • Asal Usul

PFH merupakan hasil persilangan antara Friesian Holstein dengan sapi lokal Indonesia, seperti sapi Peranakan Ongole.

  • Karakteristik

PFH memiliki penampilan yang mirip dengan FH, tetapi dengan tubuh yang sedikit lebih kecil dan ketahanan yang lebih baik terhadap iklim tropis. Berat sapi betina dewasa sekitar 500-600 kg.

  • Produksi Susu

Produksi susu PFH sedikit lebih rendah dibandingkan FH murni, yaitu sekitar 15-20 liter per hari, tetapi kualitasnya tetap baik.

  • Adaptasi di Indonesia

PFH lebih tahan terhadap panas dan kelembapan tinggi, serta memiliki adaptasi yang lebih baik terhadap pakan lokal. Sapi ini populer di berbagai daerah di Indonesia.

Berbagai jenis sapi perah yang populer di Indonesia memiliki keunggulan masing-masing, baik dalam hal produksi susu, kandungan lemak susu, maupun adaptasi terhadap kondisi lingkungan. Pemilihan jenis sapi perah yang tepat harus disesuaikan dengan tujuan beternak, kondisi iklim, serta ketersediaan pakan di wilayah peternakan. Friesian Holstein dan Jersey adalah dua jenis yang paling banyak dipelihara karena produksi susu yang tinggi dan kualitas susu yang baik, meskipun PFH juga menjadi pilihan yang baik karena adaptasinya terhadap lingkungan tropis Indonesia.

  1. SUMBER BIBIT SAPI PERAH (LOKAL ATAUPUN IMPOR)

Memilih sumber bibit sapi perah yang dapat diandalkan sangat penting untuk memastikan keberhasilan dalam usaha peternakan. Sumber bibit yang baik akan memberikan sapi yang sehat, produktif, dan memiliki kualitas genetik unggul.

  1. Pembibitan Lokal

Banyak koperasi dan asosiasi peternak di Indonesia yang menyediakan bibit sapi perah. Koperasi ini sering kali memiliki program pembibitan yang baik, di mana bibit sapi diperoleh dari sapi perah berkualitas yang telah terbukti produktivitasnya. Mendukung peternak lokal, bibit lebih adaptif terhadap kondisi lingkungan setempat, biaya transportasi dan adaptasi lebih rendah. Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara (KPSBU) di Lembang, Jawa Barat, adalah salah satu koperasi yang terkenal dengan program pembibitan sapi perahnya.

Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) adalah lembaga pemerintah yang bertugas memproduksi dan menyediakan bibit sapi perah berkualitas untuk peternak. Mereka memiliki fasilitas dan program yang dirancang untuk menghasilkan bibit unggul dengan teknologi reproduksi modern seperti inseminasi buatan (IB) dan transfer embrio. Jaminan kualitas, bibit yang dihasilkan sudah melalui seleksi ketat, dan program pemuliaan yang terstruktur. Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari, Jawa Timur, adalah salah satu balai yang menyediakan bibit sapi perah unggul.

Beberapa peternakan swasta di Indonesia memiliki program pembibitan sapi perah sendiri, dengan fokus pada produksi bibit unggul yang bisa dijual ke peternak lain. Peternakan ini biasanya memiliki skala besar dan manajemen yang baik. Fleksibilitas dalam memilih bibit, serta hubungan langsung dengan peternak yang memproduksi bibit. Peternakan sapi perah di daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat sering kali menawarkan bibit hasil program pembibitan internal mereka.

  1. Pembibitan Impor

Importir resmi bibit sapi perah menyediakan sapi dari negara-negara yang terkenal dengan produksi sapi perah berkualitas tinggi, seperti Belanda, Australia, dan Selandia Baru. Sapi-sapi ini biasanya diimpor sebagai sapi muda (heifer) atau semen beku untuk inseminasi buatan. Akses ke genetik unggul dari luar negeri, potensi produksi susu yang tinggi, serta pilihan jenis sapi yang lebih beragam. Belanda terkenal dengan Friesian Holstein, serta Australia dan Selandia Baru merupakan sumber sapi Jersey dan Friesian Holstein dengan adaptasi yang baik terhadap kondisi tropis.

Perusahaan multinasional yang bergerak di bidang peternakan sering kali menyediakan bibit sapi perah impor berkualitas. Mereka biasanya memiliki jaringan global dan menawarkan produk bibit sapi dari berbagai negara. Jaminan kualitas, akses ke teknologi reproduksi terbaru, dan dukungan teknis yang baik. Perusahaan seperti Genus ABS, Alta Genetics, dan CRV Indonesia merupakan pemain utama dalam penyediaan bibit sapi perah impor.

  1. Program Pemerintah dan Kerjasama Internasional

Pemerintah Indonesia kadang-kadang melakukan kerjasama dengan negara lain untuk mengimpor bibit sapi perah dalam rangka meningkatkan kualitas peternakan sapi perah di dalam negeri. Bibit yang diimpor melalui program ini biasanya memiliki kualitas yang telah diuji dan sesuai dengan kebutuhan peternak lokal. Dukungan teknis dari pemerintah, biasanya diikuti dengan program pelatihan bagi peternak.

  1. Teknologi Reproduksi Modern
    1. Inseminasi Buatan (IB)

Inseminasi buatan adalah metode yang banyak digunakan untuk meningkatkan kualitas genetik sapi perah di Indonesia. Semen beku dari pejantan unggul, baik lokal maupun impor, digunakan untuk membuahi sapi betina. Biaya lebih rendah dibandingkan membeli sapi impor, risiko penyakit lebih kecil, dan dapat dilakukan dengan lebih mudah pada skala kecil. Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari, BBIB Lembang, serta importir seperti CRV dan Genus ABS.

  1. Transfer Embrio

Transfer embrio adalah teknologi reproduksi yang memungkinkan embrio dari sapi unggul (biasanya hasil dari fertilisasi in vitro) ditransfer ke indukan yang sehat. Teknologi ini memungkinkan peternak untuk mendapatkan bibit dengan kualitas genetik tinggi. Potensi mendapatkan keturunan dari sapi unggul tanpa perlu mengimpor sapi hidup, biaya yang kompetitif. Lembaga seperti BBIB dan perusahaan reproduksi ternak yang menawarkan layanan ini.

Gambar 39. Sapi Periode Kering (Dry Period)
(Sumber : Koleksi Pribadi)

Industri Peternakan Sapi Perah

Gambar 36. Kandang Sapi Perah Model Lose Housing Barn

(Sumber : Koleksi Pribadi)

 

INDUSTRI PETERNAKAN SAPI PERAH

Oleh : Dayat Hermawan (Widyaiswara Madya)

A. PENTINGNYA INDUSTRI PETERNAKAN SAPI PERAH

Industri peternakan sapi perah memainkan peran yang sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan, baik dari sudut pandang ekonomi, sosial, maupun kesehatan masyarakat. Peternakan sapi perah merupakan sumber pendapatan utama bagi banyak peternak di pedesaan. Industri ini membantu meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga peternak melalui penjualan susu dan produk olahannya. Industri ini menciptakan banyak lapangan kerja, mulai dari sektor hulu (peternakan, pengolahan pakan, penyediaan bibit) hingga sektor hilir (pengolahan susu, distribusi, pemasaran).

Beberapa produk susu dan olahannya diekspor ke luar negeri, sehingga industri ini berkontribusi dalam meningkatkan devisa negara. Susu merupakan salah satu sumber protein hewani yang kaya akan nutrisi penting seperti kalsium, vitamin D, dan berbagai asam amino esensial yang diperlukan tubuh. Konsumsi susu membantu dalam pertumbuhan tulang dan gigi yang kuat, serta mendukung kesehatan secara keseluruhan. Selain susu segar, produk olahan susu seperti yogurt, keju, dan mentega juga menjadi bagian penting dari diet masyarakat. Produk-produk ini memberikan variasi gizi dan rasa dalam makanan sehari-hari.

Industri peternakan sapi perah mendorong pengembangan teknologi dalam bidang peternakan, termasuk teknik pemuliaan, manajemen kesehatan hewan, dan sistem pemeliharaan modern yang efisien. Industri ini juga mendorong inovasi dalam produk olahan susu, menciptakan produk-produk baru yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen, seperti susu rendah lemak, susu bebas laktosa, dan produk susu organik. Dengan produksi susu yang stabil, industri ini berperan penting dalam menjaga ketahanan pangan, terutama dalam penyediaan protein hewani yang terjangkau bagi masyarakat luas. Industri peternakan sapi perah sering kali terhubung dengan komunitas lokal, memberikan peluang bagi pemberdayaan ekonomi, pendidikan, dan pelestarian budaya setempat melalui kegiatan peternakan tradisional. Industri peternakan sapi perah juga memiliki tantangan dalam hal pengelolaan limbah. Namun, dengan teknologi yang tepat, limbah sapi dapat diolah menjadi pupuk organik atau biogas, yang pada gilirannya dapat mengurangi dampak lingkungan dan memberikan manfaat tambahan.

Industri peternakan sapi perah tidak hanya penting sebagai sumber pendapatan dan nutrisi, tetapi juga memiliki dampak positif yang luas pada perekonomian, sosial, budaya, dan inovasi teknologi. Pentingnya pengelolaan yang baik dan berkelanjutan dalam industri ini akan memastikan bahwa manfaat yang diperoleh bisa terus dirasakan oleh masyarakat secara luas.

 

B. POTENSI BISNIS SAPI PERAH DI INDONESIA DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PEREKONOMIAN

 Potensi bisnis sapi perah di Indonesia sangat besar mengingat tingginya permintaan akan produk susu dan olahannya di dalam negeri, serta berbagai faktor yang mendukung pengembangan industri ini.

Tingkat konsumsi susu di Indonesia terus meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi dan peningkatan kesadaran akan pentingnya gizi yang seimbang. Meskipun tingkat konsumsi per kapita masih relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara lain, ada tren positif peningkatan konsumsi, terutama di kalangan masyarakat perkotaan. Pertumbuhan kelas menengah yang pesat di Indonesia mendorong peningkatan permintaan akan produk susu berkualitas, termasuk susu segar, susu UHT, yogurt, keju, dan produk olahan lainnya.

Saat ini, Indonesia masih mengimpor sebagian besar kebutuhan susu nasional, terutama dalam bentuk susu bubuk. Dengan meningkatkan produksi susu dalam negeri, ada peluang besar untuk mengurangi ketergantungan pada impor, sehingga menjaga stabilitas ekonomi dan meningkatkan kemandirian pangan. Pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmennya untuk mengurangi impor susu melalui berbagai program peningkatan produksi susu nasional, termasuk melalui insentif untuk peternak sapi perah dan peningkatan kualitas bibit sapi perah.

Indonesia memiliki banyak wilayah dengan iklim yang cocok untuk peternakan sapi perah, seperti di dataran tinggi dan daerah dengan iklim sejuk. Wilayah-wilayah seperti Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatra memiliki potensi besar untuk pengembangan industri sapi perah. Potensi bisnis sapi perah juga mencakup pemberdayaan peternak lokal, yang sebagian besar masih tergolong peternak kecil. Dengan peningkatan kapasitas, akses ke teknologi, dan pasar yang lebih baik, peternak lokal dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan.

Selain produksi susu segar, potensi bisnis juga terletak pada pengembangan industri hilir, termasuk pengolahan susu menjadi berbagai produk bernilai tambah seperti yogurt, keju, mentega, dan es krim. Produk-produk ini memiliki permintaan yang terus meningkat, baik di pasar domestik maupun ekspor. Tren menuju produk organik dan susu premium memberikan peluang bisnis baru bagi peternak yang mampu memenuhi standar kualitas yang lebih tinggi. Dengan meningkatnya produksi dan pengolahan susu, industri sapi perah berkontribusi secara langsung terhadap peningkatan pendapatan nasional. Sektor ini tidak hanya berkontribusi pada Produk Domestik Bruto (PDB) di sektor pertanian, tetapi juga menciptakan nilai tambah di sektor industri pengolahan. Industri sapi perah dan sektor turunannya (seperti distribusi dan pengolahan) menciptakan banyak lapangan kerja, mulai dari peternak, tenaga kerja di pabrik pengolahan, hingga tenaga pemasaran dan distribusi. Ini berkontribusi pada pengurangan pengangguran dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Peternakan sapi perah seringkali berlokasi di daerah pedesaan, sehingga berperan dalam pembangunan ekonomi daerah dan mencegah urbanisasi yang berlebihan. Ini juga mendorong pembangunan infrastruktur di daerah pedesaan.

Gambar 37. Kandang Sapi Periode Kering (Dry Period) dan Kandang Pedet

(Sumber : Koleksi Pribadi)

Meskipun potensinya besar, bisnis sapi perah di Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan, termasuk masalah produktivitas yang rendah, akses terbatas ke pakan berkualitas, serta penyakit hewan. Namun, dengan inovasi dan dukungan kebijakan, tantangan ini dapat diatasi. Selain memenuhi kebutuhan domestik, ada peluang untuk mengembangkan produk susu untuk pasar ekspor, terutama di negara-negara tetangga yang membutuhkan produk susu berkualitas.

Potensi bisnis sapi perah di Indonesia sangat besar, dengan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian nasional melalui peningkatan produksi susu, penciptaan lapangan kerja, dan pengembangan industri hilir. Dengan dukungan kebijakan yang tepat, inovasi teknologi, dan pemberdayaan peternak lokal, industri ini dapat menjadi salah satu pilar utama dalam pembangunan ekonomi Indonesia di masa depan.

Belajar Dari P4S Mawar Biru – Fattening Domba

Gambar 34. Penggemukan Domba Garut dan Pakan Silase Daun Jagung Di P4S Mawar Biru

Oleh : Dayat Hermawan (Widyaiswara Madya)

Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh peternak di Indonesia. Sistem pemeliharaan yang masih tradisional dengan sifat usaha yang hanya merupakan usaha sampingan, menyebabkan produktivitas ternak domba rendah. Faktor utama yang mempengaruhi produktivitas domba adalah pemberian pakan dan gizinya. Manajemen pemeliharaan yang masih tradisional menyebabkan performa pertumbuhan domba tidak optimal. Salah satu usaha untuk meningkatkan produktivitas domba adalah perbaikan manajemen, baik manajemen pakan maupun pemeliharaan.

Kandang panggung koloni adalah tipe kandang untuk ternak, khususnya untuk domba, yang menggabungkan konsep kandang koloni dengan desain panggung atau lantai yang terangkat dari tanah. Konsep ini dirancang untuk meningkatkan efisiensi dan kesehatan ternak.

Fitur Kandang Panggung Koloni

Kandang ini memiliki lantai yang terangkat dari tanah, sering kali menggunakan struktur kayu, besi, atau beton. Lantai yang terangkat membantu menghindari kontak langsung dengan tanah, yang dapat mengurangi risiko penyakit dan parasit. Desain panggung memungkinkan sirkulasi udara yang lancar dan cahaya matahari masuk, menjaga kebersihan dan mengurangi kelembapan di dalam kandang.

Biasanya dirancang untuk menampung sejumlah domba dalam satu area, dengan pemisahan yang memungkinkan pergerakan bebas dan akses ke makanan serta air. Ada area khusus untuk makan, minum, dan beristirahat, dengan sistem pemisahan yang memudahkan manajemen dan pemantauan kesehatan.

Dengan lantai yang terangkat, ventilasi menjadi lebih efektif, mengurangi kelembapan dan meningkatkan kualitas udara. Lantai biasanya dirancang dengan sistem drainase yang efisien untuk membuang kotoran dan menjaga kebersihan.

Keuntungan Kandang Panggung Koloni

  1. Lantai terangkat mengurangi paparan langsung terhadap kotoran dan kelembapan tanah, yang dapat membantu mencegah penyakit dan infek
  2. Sirkulasi udara yang lebih baik mengurangi risiko gangguan pernapasan dan infeksi lainny
  3. Lantai  panggung   memudahkan   pembersihan   kotoran   dan   limbah,   sehingga kebersihan kandang lebih mudah terjag
  4. Mengurangi paparan langsung terhadap parasit tanah, yang dapat meningkatkan kesehatan ternak secara keseluruhan.
  5.  Sistem  pakan  yang  baik  dan  akses  mudah  untuk  makanan  dan  air  membantu memastikan semua domba mendapatkan asupan yang memadai.
  6. Dengan lantai terangkat, kelembapan di dalam kandang dapat dikontrol dengan lebih baik, menciptakan lingkungan yang lebih nyaman bagi tern

Pertimbangan Membuat Kandang Panggung Koloni

  1. Biaya Konstruksi

Membangun kandang panggung koloni mungkin memerlukan investasi awal yang lebih besar dibandingkan dengan kandang tradisional.

  1. Pemeliharaan Struktur

Struktur panggung harus dirawat secara berkala untuk memastikan kekuatan dan keandalannya, serta mencegah kerusakan.

  1. Perencanaan yang Tepat

Perencanaan  desain  harus  mempertimbangkan  sirkulasi  udara,  drainase,  dan aksesibilitas untuk memastikan efektivitas sistem.

Pakan Silsase Daun Jagung

Pakan silase adalah pakan fermentasi yang berasal dari berbagai bahan tanaman yang difermentasi secara anaerobik (tanpa oksigen) untuk meningkatkan daya simpan dan kualitas pakan. Silase sering digunakan dalam peternakan sebagai sumber pakan terutama untuk hewan ruminansia seperti sapi dan domba. Untuk penggemukan domba, silase dapat menjadi pilihan pakan yang efektif.

Silase daun jagung adalah jenis silase yang terbuat dari daun jagung, sering kali bersama  dengan  bagian  tanaman  jagung  lainnya  seperti  batang  dan  biji.  Silase  ini merupakan pakan fermentasi yang dirancang untuk memberikan nutrisi yang baik bagi ternak, termasuk domba, dengan manfaat tertentu.

Pastikan silase yang diberikan berkualitas baik dan tidak terkontaminasi oleh jamur atau bakteri yang merugikan. Silase yang buruk dapat menyebabkan masalah kesehatan pada domba.  Silase harus digunakan sebagai bagian dari ration pakan yang seimbang. Domba juga memerlukan sumber pakan lain seperti konsentrat dan mineral untuk memenuhi kebutuhan nutrisi mereka.   Monitor kesehatan domba secara berkala, terutama saat menggunakan pakan baru atau perubahan diet, untuk memastikan tidak ada masalah pencernaan atau defisiensi nutrisi.

Proses Pembuatan Silase Daun Jagung

  1.  Pemilihan dan Persiapan Bahan

Pilih daun jagung yang segar dan bebas dari penyakit atau kerusakan. Daun jagung dari tanaman jagung yang masih muda dan sehat biasanya menghasilkan silase dengan kualitas yang lebih baik.

Potong daun jagung bersama dengan bagian tanaman jagung lainnya (jika diinginkan), seperti batang atau biji. Ukuran potongan sebaiknya sekitar 1-2 cm untuk mempercepat proses fermentasi.

  1.  Pengolahan Bahan:

Cacah daun jagung dan bagian tanaman jagung lainnya menjadi potongan kecil untuk memudahkan proses fermentasi dan pencernaan oleh ternak.

Jika menggunakan bahan tambahan seperti leguminosa (kedelai, kacang tanah), campurkan bahan tersebut untuk meningkatkan kandungan protein.

  1. Pengemasan dan Fermentasi:

Tempatkan bahan yang telah dipotong dalam silo, bal, atau kantong plastik. Pastikan bahan terkompaksi dengan baik untuk menghilangkan udara yang bisa mengganggu fermentasi.

Proses fermentasi memerlukan waktu beberapa minggu. Selama fermentasi, bahan akan mengalami perubahan kimia yang mengubahnya menjadi silase. Pastikan kondisi anaerobik (tanpa oksigen) selama proses ini.

  1.  Penyimpanan:

Setelah fermentasi selesai, simpan silase di tempat yang kering dan terlindung dari kelembapan berlebih untuk mencegah pembusukan dan menjaga kualitas pakan.

Manfaat Silase Daun Jagung

  1. Kandungan Nutrisi:

Daun jagung mengandung serat yang baik untuk pencernaan serta vitamin dan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan ternak.

Jika dicampur dengan bagian jagung lainnya, silase daun jagung dapat menyediakan sumber energi dan protein yang cukup untuk penggemukan domba.

  1. Efisiensi Pakan:

Silase daun jagung dapat digunakan untuk mengurangi biaya pakan, terutama jika tersedia dalam jumlah besar selama musim panen jagung.

Silase  memiliki  masa  simpan  yang  panjang,  sehingga  dapat  digunakan  untuk memastikan ketersediaan pakan selama periode kekurangan pakan.

  1.  Kesehatan Pencernaan:

Kandungan serat dalam silase daun jagung membantu mendukung kesehatan pencernaan domba dan mencegah masalah seperti sembelit.

Mikroorganisme Lokal sebagai Pelengkap Pakan Domba

Mikroorganisme lokal dapat berperan penting dalam meningkatkan kualitas dan efisiensi pakan domba. Mereka sering digunakan untuk fermentasi pakan, pembuatan probiotik, dan meningkatkan kesehatan pencernaan ternak.

Jenis Mikroorganisme Lokal untuk Pakan Domba :

  1. Bakteri Asam Laktat

Bakteri ini memainkan peran kunci dalam fermentasi silase dan pakan fermentasi lainnya. Mereka membantu mengubah karbohidrat dalam bahan pakan menjadi asam laktat, yang menurunkan pH dan mengawetkan pakan. Contohnya Lactobacillus plantarum dan Lactobacillus fermentum.

  1. Bakteri Probiotik

Probiotik membantu menyeimbangkan mikrobiota usus domba, meningkatkan pencernaan dan penyerapan nutrisi, serta memperkuat sistem kekebalan tubuh. Contohnya : Bifidobacterium dan Lactobacillus acidophilus.

  1. Ragi

Ragi dapat digunakan dalam fermentasi pakan untuk meningkatkan kandungan protein dan kualitas pakan. Mereka juga dapat membantu mengurai bahan pakan yang sulit dicerna. Contohnya : Saccharomyces cerevisiae.

  1.  Jamur

Jamur seperti Aspergillus dan Penicillium dapat digunakan dalam fermentasi pakan untuk meningkatkan ketersediaan nutrisi dan mencegah pembusukan. Contohnya : Aspergillus oryzae dan Penicillium spp.

Aplikasi Mikroorganisme Lokal dalam Pakan Domba

  1.  Pembuatan Silase

Menggunakan kultur bakteri asam laktat lokal untuk fermentasi daun jagung, rumput, atau bahan pakan lainnya. Bakteri ini membantu mengawetkan pakan dan meningkatkan nilai gizinya. Silase yang terfermentasi dengan baik lebih tahan lama dan memiliki kandungan nutrisi yang lebih baik.

  1. Probiotik dalam Pakan

Menambahkan mikroorganisme probiotik ke dalam pakan domba untuk meningkatkan kesehatan pencernaan dan penyerapan nutrisi. Mengurangi gangguan pencernaan, meningkatkan pertumbuhan, dan memperbaiki kesehatan umum domba.

  1. Fermentasi Pakan

Menggunakan ragi atau bakteri untuk fermentasi pakan seperti dedak, biji-bijian, atau limbah pertanian. Proses ini meningkatkan nilai nutrisi pakan dan mengurangi risiko penyakit. Pakan fermentasi lebih mudah dicerna dan dapat meningkatkan efisiensi konversi pakan.

  1.  Pengolahan Limbah Pertanian

Menggunakan mikroorganisme lokal untuk mengolah limbah pertanian menjadi pakan ternak yang bernutrisi, seperti fermentasi jerami atau sisa tanaman. Mengurangi limbah dan memproduksi pakan tambahan yang bermanfaat.

Cara Menggunakan Mikroorganisme Lokal untuk Pakan Domba

  1. Mengidentifikasi mikroorganisme lokal dari lingkungan sekitar yang memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas pa Ini bisa dilakukan dengan isolasi dari tanah, rumput, atau bahan pakan yang sudah ada.
  2. Mengembangkan mikroorganisme dalam kultur laboratorium untuk mendapatkan jumlah yang cukup sebelum diaplikasikan pada pakan.
  1. Menambahkan mikroorganisme  lokal  ke  dalam  campuran  pakan  atau  proses ferm Pastikan untuk mengikuti petunjuk mengenai dosis dan cara aplikasi untuk hasil yang optimal.
  1. Memantau efek mikroorganisme lokal pada kesehatan dan produktivitas domba Evaluasi perubahan dalam pertumbuhan, pencernaan, dan kesehatan secara berkala.

Pertimbangan dalam Penggunaan Mikroorganisme Lokal

  1. Pastikan  mikroorganisme   yang   digunakan   tidak   mengandung   patogen   atau kontaminan yang dapat membahayakan domb
  2. Monitor dan  evaluasi  efektivitas  mikroorganisme  dalam  meningkatkan  kualitas pakan dan kesehatan terna
  3. Mikroorganisme harus digunakan sebagai bagian dari ration pakan yang seimbang untuk memastikan domba mendapatkan semua nutrisi yang diperlu
  4.  Pertimbangkan    kondisi    lingkungan    lokal    saat   memilih    dan    menggunakan mikroorganisme, karena mikroorganisme lokal beradaptasi dengan baik pada kondisi spesifik.

Gambar 35. Penimbangan Domba Priangan (Sumber : Koleksi Pribadi)

Kandang Komunal Kambing/Domba

Kandang Komunal Kambing/Domba

Oleh : Dayat Hermawan (Widyaiswara Madya)

 

Gambar 32. Kandang Kambing/Domba (Sumber : Dokumen Pribadi)

Latar Belakang

Kandang adalah istilah yang umumnya digunakan untuk merujuk pada tempat atau ruang terbatas yang dirancang khusus untuk menahan atau menyimpan hewan. Kandang dapat berupa struktur sederhana, seperti kandang kayu untuk hewan peliharaan di rumah, atau struktur yang lebih kompleks seperti kandang di peternakan atau fasilitas pemeliharaan hewan.

Kandang biasanya dirancang untuk memberikan lingkungan yang aman dan nyaman bagi hewan tersebut. Desain kandang dapat bervariasi tergantung pada jenis hewan yang dipelihara, tujuan pemeliharaan, dan faktor-faktor lain seperti iklim dan lingkungan.

Secara umum, kandang dapat digunakan untuk berbagai tujuan, termasuk:

  1. Pemeliharaan Hewan Peliharaan

Kandang digunakan untuk menjaga hewan peliharaan seperti anjing, kucing, kelinci, dan lainnya agar tetap aman dan terkendali.

  • Peternakan

Kandang di peternakan digunakan untuk menyimpan dan mengelola hewan ternak seperti sapi, domba, kambing, ayam, dan lainnya. Kandang di peternakan dirancang untuk memenuhi kebutuhan khusus hewan-hewan tersebut.

  • Pertanian

Pada pertanian, kandang dapat digunakan untuk menyimpan hewan-hewan yang digunakan dalam pekerjaan pertanian atau sebagai bagian dari sistem pertanian tertentu.

  • Penelitian

Kandang juga dapat digunakan dalam konteks penelitian untuk menyelidiki perilaku atau karakteristik hewan tertentu.

Penting untuk memastikan bahwa kandang dirancang dengan memperhatikan kesejahteraan hewan, termasuk kebutuhan makanan, air, ruang gerak, dan kondisi lingkungan yang sesuai. Kandang yang baik dapat membantu menjaga kesehatan dan kesejahteraan hewan yang dipelihara di dalamnya.

Manfaat dan Fungsi Kandang

Kandang ternak memiliki berbagai manfaat dan fungsi yang penting untuk keberhasilan usaha peternakan. Berikut adalah beberapa di antaranya:

  1. Keamanan dan Proteksi
  2. Kandang harus menyediakan lingkungan yang aman dan terkendali untuk ternak, melindungi ternak dari predator dan potensi bahaya lainnya.
  3. Mencegah ternak keluar dari area yang berbahaya atau potensial menyebabkan cedera.
  4. Manajemen Populasi
  5. Membantu dalam mengatur dan mengelola populasi ternak dengan baik.
  6. Memisahkan ternak berdasarkan jenis kelamin, usia, kondisi kesehatan, atau kondisi fisiologis untuk menghindari perkawinan silang yang tidak diinginkan atau penyebaran penyakit.
  7. Pengendalian Lingkungan
  8. Memungkinkan pengaturan mikroklimat untuk ternak, termasuk suhu, kelembaban, ventilasi, dan cahaya.
  9. Memberikan perlindungan dari cuaca ekstrem seperti hujan, angin, atau panas yang berlebihan.
  10. Pengaturan Pakan
  11. Memudahkan pemberian pakan yang terkendali dan terukur.
  12. Memungkinkan pemisahan ternak berdasarkan kebutuhan nutrisi atau kondisi kesehatan.
  13. Manajemen Kesehatan
  14. Memudahkan pemantauan kesehatan ternak dan penanganan medis jika diperlukan.
  15. Mencegah penyebaran penyakit melalui isolasi ternak yang sakit.
  16. Efisiensi Produksi
  17. Meningkatkan efisiensi produksi dengan pengendalian yang lebih baik terhadap berbagai aspek seperti reproduksi, pertumbuhan, dan pemberian pakan.
  18. Mengurangi risiko stres pada ternak, yang dapat mempengaruhi produksi dan kesehatan.
  19. Manajemen Limbah
  20. Memungkinkan pengumpulan lumpur dan pupuk ternak untuk digunakan sebagai pupuk organik dalam pertanian.
  21. Membantu dalam pengelolaan limbah ternak, seperti kotoran dan urin, untuk mengurangi dampak lingkungan.
  22. Kotoran padat dan cair digunakan sebagai bahan baku pupuk, baik pupuk padat, pupuk cair, dan biogas.
  23. Peningkatan Kualitas Produk

Dengan memberikan lingkungan yang baik dan pakan yang terkontrol, kandang dapat berkontribusi pada peningkatan kualitas produk seperti daging, susu, atau telur.

  • Pengendalian Akses

Mengontrol akses ternak ke area tertentu, mencegah overgrazing pada padang penggembalaan (ranch), kebun hijauan pakan ternak, atau kerusakan lahan lainnya.

Penting untuk dicatat bahwa desain dan manfaat kandang dapat bervariasi tergantung pada jenis ternak yang dipelihara dan tujuan peternakan. Faktor-faktor seperti ukuran kandang, material konstruksi, dan perawatan harian juga memainkan peran penting dalam keberhasilan sistem peternakan.

Jenis Atau Model Kandang

Ada beberapa jenis atau model kandang ternak kambing dan domba yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan. Berikut adalah beberapa model kandang yang umum digunakan:

  1. Kandang Tetap (Fixed Pens)
  2. Kandang Pagar Kayu atau Bambu. Kandang sederhana dengan dinding pagar kayu atau bambu yang tetap. Cocok untuk lingkungan pedesaan dengan sumber daya terbatas.
  3. Kandang Batako atau Bata. Kandang dengan dinding dari bata atau batako yang tetap. Memberikan keamanan dan perlindungan yang baik.
  4. Kandang Kombinasi. Kombinasi material seperti kayu, bambu, dan bahan lainnya untuk menciptakan kandang yang kokoh dan fungsional.
  • Kandang Bergerak (Mobile Pens)
  • Trailer Kambing. Kandang yang dapat dipindahkan dengan roda atau traktor. Ini memungkinkan penggembalaan rotasional dan pengelolaan lahan yang lebih baik.
  • Pens Portabel. Kandang portabel yang mudah dipindahkan dan biasanya terbuat dari bahan ringan seperti baja atau kayu.
  • Kandang Semi-Intensif
  • Kandang Pola Lantai Beton. Kandang dengan lantai beton yang memudahkan pemeliharaan dan kebersihan, biasanya digunakan di area yang padat penduduk.
  • Kandang dengan Atap. Kandang yang dilengkapi atap untuk memberikan perlindungan dari cuaca ekstrem.
  • Kandang Intensif
  • Kandang Dalam (Stall Fed Systems). Kandang intensif dengan pemberian pakan terkontrol dan manajemen kesehatan yang ketat. Cocok untuk produksi yang intensif.
  • Kandang Susu. Kandang khusus untuk produksi susu dengan fasilitas seperti stanchion atau tempat pembibitan.
  • Kandang Semi-Konvensional
  • Kandang Sistem Pens Buka. Kandang dengan pintu terbuka yang memberikan akses ke padang rumput atau area penggembalaan.
  • Kandang Kombinasi. Penggunaan kombinasi dari beberapa model di atas untuk memenuhi kebutuhan spesifik dan memaksimalkan kesejahteraan ternak.

Pemilihan jenis kandang akan tergantung pada beberapa faktor seperti iklim, topografi, skala usaha, tujuan pemeliharaan, dan sumber daya yang tersedia. Penting untuk memastikan bahwa kandang yang dipilih dapat memberikan kondisi yang nyaman dan sehat bagi kambing dan domba.

Kandang Komunal

Kandang komunal biasanya merujuk kepada fasilitas atau tempat di mana sekelompok hewan, seperti ternak atau hewan peliharaan, ditempatkan bersama-sama dalam satu area. Konsep ini sering digunakan dalam konteks pertanian atau peternakan di mana sejumlah hewan yang dimiliki oleh beberapa pemilik atau peternak ditempatkan dalam satu tempat yang sama untuk tujuan manajemen yang lebih efisien.

Kandang komunal dapat memiliki beberapa keuntungan, seperti efisiensi penggunaan ruang, pemantauan yang lebih mudah, dan kemudahan pengelolaan sumber daya. Namun, perlu diperhatikan bahwa kandang komunal juga dapat menimbulkan risiko, seperti penyebaran penyakit dengan cepat jika tidak dikelola dengan baik.

Penerapan kandang komunal dapat bervariasi tergantung pada jenis hewan, tujuan peternakan, dan praktik manajemen yang diterapkan oleh pemilik atau pengelola. Selain itu, aspek kesejahteraan hewan dan kepatuhan terhadap standar peternakan yang berlaku juga perlu diperhatikan dalam penggunaan kandang komunal.

Kelebihan Kandang Komunal

Kandang komunal memiliki beberapa kelebihan, terutama dalam konteks peternakan dan pemeliharaan hewan. Berikut adalah beberapa kelebihan kandang komunal:

  1. Ekonomis
  2. Biaya Rendah. Kandang komunal dapat mengurangi biaya infrastruktur karena dapat digunakan bersama oleh sejumlah peternak.
  3. Pemakaian Sumber Daya Bersama. Sumber daya seperti air, listrik, dan lahan dapat dimanfaatkan secara bersama-sama, mengurangi biaya operasional.
  4. Pemanfaatan Lahan yang Efisien dan Optimal

Kandang komunal dapat dirancang untuk memanfaatkan lahan secara efisien dan optimal.

  • Pemeliharaan Bersama

Dalam kandang komunal, peternak dapat berbagi tanggung jawab terkait pemeliharaan hewan, pemantauan kesehatan, dan manajemen kebersihan.

  • Keberlanjutan Lingkungan

Kandang komunal dapat menyederhanakan pengelolaan limbah karena dapat dilakukan secara kolektif, dengan metode yang lebih berkelanjutan.

  • Kemungkinan Diversifikasi

Kandang komunal dapat mendukung diversifikasi usaha dengan memberikan peluang bagi peternak untuk berkolaborasi dalam produksi yang berbeda.

  • Sosial dan Pertukaran Pengetahuan

Kandang komunal menciptakan kesempatan bagi peternak untuk berinteraksi, berbagi pengalaman, dan saling memberikan dukungan.

  • Manajemen Risiko

Dalam situasi krisis atau kesulitan ekonomi, kandang komunal dapat memberikan dukungan bersama, membantu mengurangi dampak negatif pada setiap peternak.

  • Skalabilitas

Kandang komunal dapat dirancang untuk mengakomodasi pertumbuhan jumlah hewan atau peternak dengan lebih fleksibel.

Meskipun kandang komunal memiliki sejumlah kelebihan, penting untuk diingat bahwa keberhasilan implementasinya tergantung pada manajemen yang baik, koordinasi antarpeternak, dan pemahaman yang jelas tentang kebutuhan hewan serta faktor lingkungan. Selain itu, aspek hukum dan perizinan juga perlu diperhatikan untuk memastikan keberlanjutan dan kepatuhan.

Kekurangan Kandang Komunal

Kandang komunal, atau sering disebut juga dengan “kandang bersama” atau “kandang kolektif,” adalah fasilitas tempat hewan ternak, seperti kambing atau domba, dipelihara secara bersama-sama oleh beberapa peternak. Meskipun konsep ini memiliki beberapa kelebihan, ada juga kekurangan yang perlu diperhatikan:

  1. Potensi Penyebaran Penyakit

Kandang komunal dapat meningkatkan risiko penyebaran penyakit antar hewan karena mereka berada dalam kontak yang lebih dekat satu sama lain. Jika satu hewan terinfeksi, ada kemungkinan besar penyebaran penyakit ke hewan lain.

  • Kesulitan Pengawasan Individu

Monitoring kesehatan dan kondisi masing-masing hewan dapat menjadi lebih sulit dalam kandang komunal. Identifikasi masalah kesehatan atau reproduksi pada satu hewan dapat memerlukan usaha lebih lanjut.

  • Ketidaksetaraan Pemeliharaan

Tidak semua hewan memiliki kebutuhan yang sama, dan kandang komunal mungkin tidak dapat memenuhi kebutuhan spesifik setiap hewan. Beberapa hewan mungkin memerlukan perhatian atau nutrisi tambahan yang sulit dipantau dalam konteks kandang bersama.

  • Ketergantungan pada Sumber Makanan yang Terbatas

Terkadang, kandang komunal mengandalkan satu sumber pakan atau pasokan air, dan jika terjadi kekurangan atau masalah dengan sumber daya ini, semua hewan dalam kandang dapat terpengaruh.

  • Tingkat Stres yang Mungkin Lebih Tinggi

Hewan-hewan dalam kandang komunal mungkin mengalami tingkat stres yang lebih tinggi karena lebih banyak interaksi sosial dan kurangnya ruang pribadi. Hal ini dapat memengaruhi kesejahteraan dan produksi hewan.

  • Manajemen Limbah

Pengelolaan limbah dari kandang komunal dapat menjadi tantangan. Jika tidak dikelola dengan baik, limbah dapat mencemari lingkungan sekitar dan mengakibatkan masalah kesehatan.

  • Pencemaran Lingkungan

Kandang komunal dapat berkontribusi pada pencemaran lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Limbah hewan, seperti kotoran dan urin, dapat mencemari tanah dan air, memberikan dampak negatif pada ekosistem lokal.

  • Kesulitan dalam Penerapan Praktik Pertanian Berkelanjutan

Kandang komunal mungkin menghadapi kesulitan dalam menerapkan praktik pertanian berkelanjutan karena tantangan dalam manajemen sumber daya dan lingkungan yang melibatkan banyak peternak.

Dalam merencanakan atau mengelola kandang komunal, penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor ini untuk meminimalkan risiko dan memastikan kesejahteraan hewan, produktivitas, dan keberlanjutan lingkungan.

Gambar 33. Kandang Komunal Kambing/Domba (Sumber : Dokumen Pribadi)

Skip to content