MENILIK FAKTOR PAKAN TERHADAP RERODUKSI SAPI
MENILIK FAKTOR PAKAN TERHADAP RERODUKSI SAPI
Oleh Dr. Drh Euis Nia Setiawati, MP
Reproduksi sangat menentukan keuntungan yang akan diperoleh usaha peternakan sapi. Inefisiensi reproduksi pada sapi betina dapat menimbulkan  berbagai kerugian seperti menurunkan produksi kelahiran anak sapi / pedet, produktifitas sapi produktif, meningkatkan biaya perkawinan dan laju pengafkiran sapi betina serta  memperlambat  kemajuan  genetik  dari sifat bernilai ekonomis. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja reproduksi individu sapi yang sering kali sulit diidentifikasi, bahkan dalam kondisi optimum sekalipun, proses reproduksi dapat berlangsung tidak sempurna disebabkan  kontribusi   berbagai  faktor, sehingga berpengaruh selama proses kebuntingan sampai anak terlahir dengan selamat. Memahami keterkaitan berbagai faktor dalam mempengaruhi fertilitas ternak, oleh karenanya menjadi hal esensial dalam upaya mengoptimalkan performa reproduksi setiap sapi betina dan usaha peternakan
Gangguan efesiensi reproduksi pada  petemakan  rakyat  lebih  banyak disebabkan oleh faktor pakan. Tingkat pemenuhan asupan pakan (energi) yang rendah sebelum beranak dan tinggi sesudah beranak menyebabkan tertundanya birahi pertama.  Kekurangan protein dalam ransum mengakibatkan terjadinya  gangguan  reproduksi pada  temak jantan   maupun   betina Temak. Kekurangan  protein menyebabkan timbulnya birahi yang lemah, birahi tenang, anestrus, kawin berulang, kelahiran anak yang lemah. K.ondisi ini akan lebih parah apabila dalam ransum tersebut juga terjadi kekurangan Calsium  (Ca) dan Phosfor (P) dan akan  menyebabkan temak menjadi infertile.
Untuk mengoptimalkan kinerja reproduksi  tentu diperlukan   suatu  upaya  peningkatan efesiensi  reproduksi  induk  sapi  melalui pemberian  ransum  pakan  yang memadai,  terutama imbangan  TDN  dan  kandungan protein  serta penerapan  teknologi  sederhana  yang  efektif agar mampu  mengatasi gangguan efesiensi reproduksi. Diharapkan  dengan pemberian ransumsesuai  dengan kebutuhan  sapi maka  akan  dapat  memacu  dan menormalkan  kembali  kadar hormon-hormon yang berperanan  didalam  siklus  reproduksi  sehingga sapi dapat diharapkan terjadi estrus 2 – 3 bulan  post partus  kemudian, kasus sile nt heat dapat dihilangkan dan angka konsepsi semakin  tinggi.
Kekurangan pakan, khususnya untuk daerah tropis  termasuk Indonesia merupakan salah satu  penyebab  penurunan  efesiensi  reproduksi, karena  selalu diikuti oleh adanya gagguann reproduksi menuju timbulnya kemajiran pada ternak betina. Pakan sebagai faktor yang menyebabkan gangguan reproduksi sering bersifat majemuk,  artinya kekurangan suatu zat dalam ransum pakan diikuti oleh kekurangan zat pakan lain.  Gangguan reproduksi pada induk dapat diperberat keadaannya bila selain kekurangan pakan juga dis ertai faktor penghambat antara lain cahaya matahari yang kuat,  suhu kandang panas, sanitasi rendah, keadaan lingkungan kurang serasi.  Produktivitas  ternak  selama ini  diperkirakan  70%  dipengaruhi  oleh faktor  lingkungan, sedangkan 30% dipengaruhi oleh faktor genetik . Ketersediaan bahan pakan berupa hijauan untuk ternak  ruminansia di daerah tropik seperti Indonesia sangat fluktuatif tergantung pada musim. Sebagai solusi dari permasalahan ini, peternak memanfaatkan hijauan berkualitas rendah seperti jerami padi sebagai sumber pakan. Ruminansia yang diberi hijauan kualitas rendah membutuhkan rumen degradable protein (RDP) dan rumen undedradable protein (RUP) pada pakannya. RDP didegradasi sebagian besar menjadi amonia dalam rumen, kecukupan konsentrasi amonia dalam rumen diperlukan untuk pertumbuhan optimal mikrobia dan proses fermentasi. Suplai dari protein mikrobia  meskipun demikian  masih  kurang mencukupi kebutuhan ternak sehingga  diperlukan suplementasi RUP yang tahan terhadap degradasi rumen dan membuat asa m amino tersedia untuk diserap di usus halus.  Degradasi protein dalam rumen dipengaruhi oleh tipe protein dalam  bahan pakan dan karakteristik asam aminonya, serta oleh metode pemrosesan dari bahan pakan tersebut. Bungkil kedelai merupakan salah satu sumber protein pakan yang memiliki tingkat degradabilitas tinggi dalam rumen, sehingga memiliki nilai biologis  yang  kurang  menguntungkan bagi ternak ruminansia karena perombakannya.
Ransum sapi yang memenuhi   syarat    ialah    ransum   yang mengandung  :  protein, karbohidrat,  lemak,  vitamin,  mineral,  dan  air dalam  jumlah yang  cukup.  Kesemuanya dapat disediakan dalam bentuk hijauan dan konsentrat. Kebutuhan ternak terhadap jumlah pak an tiap hari tergantung dari jenis atau spesies, umur, dan fase pertumbuhan  ternak (dewasa, bunting, dan menyusui). Walaupun telah diberi pakan berupa hijauan atau kosentrat yang telah mengandung zat makanan yang memenuhi kebutuhannya, sapi masih sering menderita kekurangan vitamin, mineral dan bahkan protein, Keadaan ini dapat mengganggu pertumbuhan atau kesehatan sapi  sehingga untuk mengatasinya sapi dapat diberikan pakan  tambahan. Oleh karena itu pemberian pakan tambahan  yang baik pada induk sapi  akan  sangat  berpengaruh terhadap pedetnya.
Demikian tulisan ini disampaikan, semoga menambah perbendaharaan kepustakaan bagi para peternak dan praktisi peternakan, dengan pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak, tentunya akan menghasilkan kinerja reproduksi yang optimal.