EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI SPERMA SEXING TERHADAP PEDET YANG DILAHIRKAN
EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI SPERMA SEXING TERHADAP PEDET YANG DILAHIRKAN
Oleh Dr. drh Euis Nia Setiawati, MP
Kebutuhan penyediaan bakalan dan bibit pejantan unggul, mengharuskan kita untukmengendalikan perkawinan ternak sehingga peluang kelahiran anak sapi jantan lebih besar dibandingkan anak sapi betina. Permasalahan ini hanya  bisa dijawab  dengan  menerapkan teknologi reproduksi dalam bidang peternakan. Salah satu teknologi reproduksi yang dapat mengefisienkan sistem  produksi anak sapidengan jenis kelamin tertentu dan sudah banyak diterapkan pada ternak sapi adalah sexing spermatozoa. Melalui teknologi sexing spermatozoa, jenis kelamin anak  ternak  yang diproduksi  dapat  dikendalikan  dengan  proporsi tertentu. Teknologi sexing spermatozoa telah berkembang lama dan beberapa teknik telah diterapkan mulai dari teknologi sederhana seperti metode swim up spermatozoa (Sariadi et al., 2014) dan kolom albumin (Purwoistri et al., 2013) hingga  teknologi sexing  yang  menggu nakan  peralatan rumit  seperti  flow cytometer (Sharpe dan Evans,  2009;  Cran  dan Johnson, 1996;  Rens  et  al.,
1999). Teknologi sexing spermatozoa yang cukup sederhana dan sudah cukup
luas diterapkan adalah  teknik  kolom albumin. Saili et al. (2000) melaporkan bahwa dengan menggunakan teknik kolom albumen dapat diperoleh proporsi spermatozoa yang membawa kromosom Y (menentukan kelamin jantan) sebesar
73,5%  pada  sapi  Frisian  Holstain  (FH).  Walaupun  proses  sexing  dapat menurunkan kualitas spermatozoa, tetapi spermatozoa hasil sexing masih dapat digunakan baik  pada  fertilisasi in vivo  maupun in vitro untuk menghasilkan anak ternak (Carvalho et al., 2014).    Akan   tetapi,   Putri   et   al.   (2015) melaporkan bahwa tidak ada perbedaan kualitas spermatozoa pasca-thawing dari semen beku sapiFH baik yang melalui proses sexing maupun yang tidak melalui proses sexing. Lebih lanjut  Said et al. (2005) melaporkan bahwa 81% induk sapi perah yang diinseminasi dengan spermatozoa yang diprediksi membawa kro- mosom Y dapat melahirkan anak sapi jantan.
Proses sexing secara detail adalah sebagai berikut. Semen sapi bali yang diperoleh dari hasil penampungan menggunakan metode vagina buatan, selanjutnya dicuci dengan cara disentritugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 10 menit untuk memperoleh endapan spermatozoa. Kemudian, endapan spermatozoa tersebut ditambahkan medium mBO hingga konsentrasinya menjadi 200  juta  sel/mL. Sampel semen sebanyak 1 mL dimasukan ke dalam kolum yang berisi medium sexing spermatozoa dan dibiarkan mengendap selama 20 menit pada suhu 28°C. Selanjutnya, setiap fraksi semen disedot dengan pipet dan ditampung dalam tabung sentrifus. Sentrifugasi yang dilakukan dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit dimaksudkan untuk mendapatkan endapan spermatozoa yang telah bersih dari medium sexing spermatozoa. Kemudian endapan spermatozoa tersebut ditambahkan kembali dengan medium mBO, dievaluasi dan dikemas di dalam straw sebelum disimpan di dalam refrigerator (3-5oC).
    Sapi bali pada kelompok umur 3-4 tahun melahirkan anak dengan rasio kelamin 3,33 atau tiga ekor jantan berbanding satu ekor betina. Pda sapi bali pada kelompok umur  5-6 tahun melahirkan anak dengan rasio kelamin 4,00 atau empat ekor jantan berbanding satu ekor betina. Secara keseluruhan, rataan rasio kelamin anak yang dilahirkan oleh sapi percobaan pada penelitian ini adalah 3,6 atau 3,6 ekor jantan berbanding satu ekor betina. Dengan demikian, tingkat kesesuaian jenis kelamin anak yang diharapkan untuk lahir sebagai jantan adalah 78,26% atau 36 ekor jantan dari keseluruhan 46 ekor anak sapi yang lahir. Saiddan Afiati (2012) yang menyatakan bahwa sexing  sp erm atozoa  pada sapi bali menggunakan teknik kolom albumin juga dapat d iha si l kan  80,77%  anak  jantan  setelah  inseminasi menggunakan spermatozoa yang  diprediksi membawa kromosom Y (Said  dan  Afiati,  2012). Demikian halnya  dengan laporan Gunawan et al. (2015) yang melaporkan bahwa persentase kelahiran anak sapi jantan dapat meningkat sampai 89,5% dengan menggunakan spermatozoa hasil sexing yang dihasilkan melalui metode kolom albumin.
    Demkian tulisan ini Disampaikan, semoga bermamfaat bagi para peternak dan pembaca Umumnya . Dalam hal ini penggunaan Spermatozoa hasil sexing memiliki daya fertilitas yang cukup baik dengan tingkat kesesuaian jenis kelamin anak sapi yang dilahirkan mencapai 78,26%.