PENANGANAN PADA SAPI LAMBAT BERAHI PASCA BERANAK DAN HYPOFUNGSI OVARIUM
PENANGANAN PADA SAPI LAMBAT BERAHI PASCA BERANAK DAN HYPOFUNGSI OVARIUM
Oleh Dr.drh Euis Nia Seiawati, MP
Efisiensi reproduksi adalah salah satu faktor terpenting yang memengaruhi usaha budidaya sapi potong. Kondisi reproduksi ideal yang diupayakan adalah mendapatkan satu anak perinduk setiap 12 bulan. Kondisi ideal tersebut tidak selalu dapat diwujudkan karena berbagai masalah yang mengganggu performans reproduksi sapi. Anestrus postpartum (sapi lambat beerahi pasca beranak) merupakan kondisi ketiadaan estrus 60 hari postpartum. Kondisi anestrus postpartum menjadi faktor penyebab utama perpanjangan interval kelahiran yang menimbulkan kerugian ekonomi. Kondisi anestrus dikaitkan dengan ovarium tidak aktif, sehingga pertumbuhan folikel tidak memungkinkan folikel menjadi cukup matang untuk diovulasikan. Anestrus postpartum dapat dipicu oleh status energi yang rendah , kekurangan protein, dan mineral. sapi induk dalam periode postpartum yang memperoleh pakan berenergi rendah dan dengan kandungan protein yang rendah, sehingga tidak mencukupi kebutuhan minimum untuk mempertahankan kondisi badannya. Kondisi demikian secara nyata menekan proses sintesis dan pelepasan hormon gonadotropin kelenjar pituitari, dan berakibat aktivitas ovarium terganggu. Implikasi nyata akibat kondisi tersebut adalah periode anestrus postpartum menjadi lebih lama daripada kondisi fisiologis yang normal .
Pada peternakan dimana pola pemeliharaan sapi secara tradisionil, tentunya sangat rawan pemberian pakan yang diberikan berkualitas rendah. Sapi yang diberi pakan yang mempunyai nutrisi berkualitas rendah sangat berpengaruh terhadap keadaan reproduksi. Kondisi di lapangan banyak ditemukan Sapi yang belum berahi lebih tiga bulan setelah beranak atau sapi lambat berahi setelah beranak. Berahi setelah beranak (estrus postpartum) pada sapi yang baik terjadi pada tiga bulan, dan induk sapi dapat beranak setiap tahun, sedangkan sapi yang tidak berahi minimal empat bulan setelah beranak dinyatakan sapi lambat berahi dan penyebab yang paling potensial adalah faktor pakan yang diberikan dan penyapihan anak.
Pemeliharaan sapi yang tidak baik selama menyusui dapat menurunkan kondisi tubuh induk sapi sampai di bawah kondisi yang layak untuk bereproduksi dan menyebabkan fertilitas rendah sampai sapi menjadi infertile dan tidak berahi . Rendahnya status nutrisi yang diberikan berpengaruh sangat kompleks terhadap keadaan Reproduksi. Pemberian pakan pada sapi setelah melahirkan yang mempunyai kandungan nutrisi rendah menyebabkan kerja hypofisi s dalam menghasilkan hormon reproduksi lambat sehingga ovarium lamban kembali beraktivitas dan gonadotrophin releasing hormone (Gnrh), sehingga follicle stimulating hormone (FSH) dan luteunizing hormone (LH) yang dihasilkan oleh hypofisis rendah yang berakibat lama munculnya berahi postpartum.
Ovarium tidak aktif adalah ovarium yang tidak melakukan aktivitas pembentukan ovum, yang ditandai dengan permukaan ovarium yang halus. Ovarium yang tidak ada benjolan atau gelombang pada permukaannya menandakan tidak ada pertumbuhan folikel dan ovarium tersebut dinyatakan steril. Steril ada dua macam yaitu steril dan sub-steril. Kejadian pada ternak yang ovariumnya tidak mampu melakukan proses oogenisis ada dua macam yaitu yang disebabkan karena oleh faktor bakat atau genetik, sedangkan yang disebabkan faktor yang sangat ekstrim antara lain stres dan kekurangan nutrisi yang berat. Hipofungsi ovarium suatu kondisi dimana ovarium memiliki ukuran normal, tetapi tidak terdeteksi adanya folikel- folikel yang tumbuh, ditandai oleh permukaan mengadung cairan (folikel). Kemungkinan penyebabnya adalah kurangnya pasokan nutrisi untuk proses fisiologis pembentukan folikel, proliferasi sel-sel granulosa dan pematangan oosit, juga konsentrasi FSH dalam darah yang sangat rendah sehingga tidak mampu memicu perkembagan folikel. Sel telur yang dihasilkan ovarium hipofungsi pada umumnya fertilitasnya rendah sehingga sulit atau tidak dapat dibuahi walaupun spermatozoa berkualitas baik. Ternak yang mempunyai ovarium yang hipofungsi pada umumnya terjadi berahi tenang (silent heat), berahi semu (berahi tanpa ovulasi), siklus berahinya tidak teratur dan timbulnya berahi postpartum lambat. Gangguan reproduksi yang terjadi pada ternak yang mengalami hipofungi ovarium, menunjukkan adanya kesalahan mekanisme hormon reproduksi. Kesalahan mekamisme dapat disebabkan ketidakseimbangan nutrisi, kondisi tubuh BCS yang tidak baik , lingkungan yang ekstrim dan stress. Hipofungsi ovarium dapat disembuhkan secara terapi dengan singkronisasi berahi menggunakan progesteron yang diberikan intravaginal atau progesterone releasing intravaginal device. Perbaikan pakan sapi untuk ketersediaan yang berkesinambungan dalam jumlah dan keseimbangan nutrisi pada peternakan rakyat kecil .
Usaha memenuhi keseimbangan nutrisi untuk proses reproduksi, perlu suplemen protein, vitamin, dan mineral yang memadai. Perbaikan pakan pada sapi yang mengalami gangguan reproduksi akibat kekurangan nutrisi, harus dilakukan dengan hati -hati, sebab terlalu banyak maupun sedikit nutrisi pakan yang diberikan, akan berpengaruh negatif terhadap perkembangan folikel, yang berakhi r terjadi unoestrus. Perbaikan nutrisi yang diberikan kepada ternak harus diperhitungkan berdasarkan keseimbangan nutrisi yang baik termasuk kebutuhan vitamin dan mineral untuk mecukupi mekanisme koordinasi yang sangat kompleks antar nutrisi pada proses reproduksi.
Demikian tulisan ini disampaikan, semoga dapat memberikan informasi dalam upaya mengatasi gangguan reproduksi pada sapi potong setelah melahirkan.