Peran Teknologi Reproduksi Dalam Peningkatan Mutu Genetik Sapi Lokal
Oleh Dr.drh Euis Nia Setiawati, MP
Perkembangan teknologi reproduksi di bidang peternakan digunakan untuk memperbaiki mutu  genetik. Teknologi reproduksi  yang berkembang  saat ini  adalah inseminasi  buatan,  sexing  spermatozoa, transfer embrio, fertilisasi in vitro, clonning, dll. Akan  tetapi  tidak semua  hasil  teknologi reproduksi tersebut dapat diaplikasikan di masyarakat, karena masih belum efisien.
Inseminasi buatan (IB) adalah suatu teknologi di bidang reproduksi yang memanfaatkan pejantan unggul semaksimal mungkin.  Teknik ini  sudah  lama berkembang di  Indonesia  dan  teknik  ini  telah  dapat digunakan untuk meningkatkan berat badan anak, oleh sebab itu perlu dipikirkan pejantan mana  yang  akan  digunakan untuk meningkatkan berat badan anak tersebut.
Transfer embrio
Transfer  embrio  adalah  suatu  teknologi  reproduksi  yang  dapat  memanfaatkan pejantan  dan  betina  unggul  semaksimal  mungkin.  Di  negara maju  teknik  ini  suda h diaplikasikan di peternakan berskala besar, sedangkan di Indonesia dengan sistem peternakan yang berskala kecil  relative masih belum optimal untuk diaplikasikan.
Sexing spermatozoa
Sexing  spermatozoa  atau  pengaturan  jenis  kelamin  anak  sesuai  dengan  yang
diharapkan,  dikembangkan  untuk  mendukung   IB  dan  Transfer  Embrio.  Sexing
spermatozoa ini dikembangkan dengan berbagai metode, yang paling mutakhir adalah dengan flow cytometry. Berhubung peralatannya cukup   mahal,   maka telah dikembangkan berbagai metode (misal sentrifugasi gradien densitas percoll, sephade x dan  gradien putih  telur) yang  secara laboratorium telah  berhasil dibekukan  dengan kualitas yang layak untuk IB, pada skala penelitian lapang menunjukkan bahwa spermatozoa hasil sexing memungkinkan untuk diaplikasikan di lapang.
Clonning
Clonning embryo atau sel  somatic sudah banyak dilakukan di  negara maju, dan telah banyak dilakukan penelitian di berbagai perguruan tinggi di Indonesia, akan tetapi tingkat keberhasilannya  masih  rendah, sehingga di dalam aplikasinya masih belum bisa. sebab itu strategi dalam pemilihan bibit adalah yang terpenting.
Menggunakan bangsa sapi yang sejenis
Perbaikan mutu sapi lokal dapat dilakukan dengan inseminasi buatan dengan pejanta n sapi lokal yang merupakan hasil seleksi yang telah terstandarisasi. Hal ini penting sekali bagi pejantan agar dapat terjamin mutu genetik dari keturunannya.
Keuntungan dari menggunakan ternak lokal unggul   adalah   ternak   tersebut   sudah mempunyai  daya  adaptasi  yang  baik  terhadap  lingkungannya,  sehingga  kita berpeluang untuk meningkatkan   produktivitasnya   dengan  cara memperbaiki manajemen pemeliharaannya terutama dalam hal pakan dan pengendalian terhadap penyakit.
Persilangan
Respon  terhadap  persilangan (heterosis)  akan  luar  biasa  bila disilangkan  dengan bangsa lainnya dengan syarat juga mempunyai daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya. Respons akan terlihat nyata pada persentase kelahiran, penurunan angka kematian, memperpendek umur pubertas, memperpendek jarak   kelahiran, meningkatkan produksi susu dan umumnya pertumbuhannya  lebih baik. Banyak hasil penelitian menginformasikan bahwa  persilangan antara  bangsa  sapi  lokal dengan Bos taurus  atau  Bos  indicus  menunjukkan  respons  yang baik.  Oleh sebab  itu  pemilihan pejantan  perlu dipertimbangkan dengan baik, dan untuk  mengetahui informasi yang benar  maka perlu dilakukan Pencatatan  yang teliti sehingga diketahui  dengan benar bahwa  hal  itu  merupakan  respons  dari persilangan tersebut.
Keberhasilan dari pemanfaatan teknologi sangatlah tergantung dari kualitas sumber daya manusianya, sehingga tingkat pendidikan dan budaya setempat berpengaruh terhadap keberhasilan   dari   pemanfaatan  teknologi tersebut, hal ini juga terjadi pada penggunaan teknologi reproduksi. Sumberdaya  manusia  dalam hal  ini  bisa dibedakan menjadi: a. Pengelola (Dinas, Balai Inseminasi Buatan), b. Inseminator, c. Peternak
-  Sumber daya  manusia  dalam  hal pengelolaan manajemen IB berperan dalam keberhasilan IB, misalnya dalam mengelola semen  beku.  Semen  beku  harus  selalu dalam keadaan terendam nitrogen cair, apabila sekali saja kekurangan nitrogen maka kualitas semen beku akan menurun, Selain itu juga kesalahan dalam pengambilan semen beku.
- Sumber daya manusia dalam hal pembuatan semen beku juga berperan didalam memproduksi semen beku dengan kualitas yang baik. Oleh karena itu dibutuhkan sumber daya manusia yang mampu memproduksi semen beku dengan kualitas baik.
- Sumber daya   manusia   yang   mampu melakukan seleksi pejantan untuk mendapatkan elite bull sehingga mutu genetiknya dapat dipertanggung jawabkan.
- SDM    dari    Inseminator    yang    ada    di  Indonesia  tidak  seragam jenjang pendidikannya.  Syarat  dari  inseminator  saat  ini  adalah  pernah  mengikuti  kursus
Inseminator.  Ketidak seragaman pendidikan ini nantinya  akan berpengaruh terhadap keberhasilan IB. Inseminator sangat berperan terhadap keberhasilan IB, yaitu saat thawing, teknik IB dan juga ketepatan waktunya. Oleh sebab itu para Inseminator perlu dibekali pengetahuan tentang 1) manajemen semen beku agar kualitasnya tetap baik, 2) teknik  IB  yang  benar,  3) waktu IB yang tepat, juga pengetahuan tentang fertilitas dan manajemen pemeliharaan sapi betina agar IB yang dilakukannya sekali saja bisa berhasil.
-  Peternak. Pemeliharaan sapi oleh peternak sangat dipengaruhi oleh budaya dalam pemeliharaannya. Apabila secara budaya sistem  pemeliharaannya  tidak  intensif, maka sulit  untuk  penggunaan  IB, karena IB  membutuhkan  ketepatan  waktu.  Pengetahuan tentang pengawasan tanda-tanda birahi perlu diberikan, juga kesadaran untuk melakukan manajemen perkawinan sehingga jarak beranaknya pendek. Faktor yang tidak langsung juga berdampak terhadap  kegagalan kebuntingan  yaitu pemberian pakan yang  jel ek, penyakit dll
Demikian tulisan ini disampaikan, semoga para peternak kiranya termotivasi untuk mengguankan teknologi reproduksi pada sapi lokal( sapi Bali, sapi Pasunda, Sapi Aceh, Sapi Madura, Sapi Jabres, sapi Katingan dll)  yang dipeliharanya  .  Sapi lokal mempunyai fertilitas yang  tinggi, akan tetapi  belum  mempunyai  efisiensi reproduksi  yang  tinggi disebabkan  manajemen reproduksi  yang  kurang  baik,  oleh  sebab  itu perlu  adanya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan di bidang manajemen reproduksi pada peternak.