Skip to content Skip to left sidebar Skip to footer




Artikel

Faktor Predisposisi Penyakit Mulut dan Kuku  Pada  Kambing dan Domba

Faktor Predisposisi  Penyakit Mulut dan Kuku  Pada  Kambing dan Domba

Oleh : Dr. Drh Euis Nia Setiawati, MP

      Penyakit mulut dan kuku (PMK) merupakan penyakit akut yang sangat menular, dan sangat penting karena menyerang ternak ruminansia dengan seroprevalensi keseluruhan sebesar  11,48%.  Penyakit mulut dan kuku merupakan penyakit virus akut yang sangat menular pada  ruminansia,   berkaki belah dan babi  yang  ditandai  dengan anoreksia, demam, hipersalivasi, serta erupsi vesikular di mulut, puting  susu, dan kaki . Sapi lebih banyak terdeteksi terinfeksi PMK dengan seroprevalensi 14,48% daripada domba dengan  prevalensi  7,07%  dan kambing  sebesar 7,10%.  Penyakit PMK  ini  menghambat pertumbuhan dan reproduksi pada kambing dan domba . Virus PMK sensitif terhadap pH, dan tidak aktif pada pH di bawah 6,0 atau di atas 9,0.

        Faktor  risiko pada  kambing  dan  domba  yang berhubungan  dengan seropositif meliputi agroekologi, sistem produksi, umur, jenis kelamin, kontak dengan satwa liar, iklim, ras, interaksi dengan ternak lain, manajemen, dan sanitasi ternak. Faktor risiko yang sering dilaporkan antara lain: pembagian air atau pakan secara komunal , jenis sistem produksi ternak, jumlah anak kambing dan domba berusia hingga enam bulan yang ada di kandang, Faktor risiko tambahan yang teridentifikasi meliputi: jarak peternakan ke jalan utama , frekuensi pembelian ternak, hewan yang tinggal di daerah dengan riwayat PMK dalam 12 bulan  terakhir, dan  hewan  yang  dimiliki  oleh  pedagang  ternak.  Virus  memengaruhi beberapa  kelenjar hormon vital  seperti  hipofisis  yang  mengontrol  fungsi  metabolisme dalam tubuh.

       Virus  mempengaruhi  beberapa  kelenjar  hormon vital  seperti   hipofisis   yang mengontrol fungsi metabolisme dalam tubuh. Kerusakan yang ditimbulkan pada kelenjar- kelenjar tersebut dapat menyebabkan hewan menunjukkan gajala terengah-engah, gelisah, penurunan produksi, dan menyebabkan  hewan lemas. Pada sapi dan kambing, infeksi  pada  ambing dan  puting  susu  dapat  berkembang menjadi mastitis  yang  dapat menyebabkan  kehilangan puting  secara permanen,  sehingga  produksi  susu  menurun. Hewan yang  terinfeksi  tetap sangat lemah untuk  jangka  waktu yang  cukup  lama dan penyakit PMK ini dapat menyebabkan kerugian dengan hilangnya produktivitas secara permanen

          Beberapa faktor risiko PMK pada ternak kambing dan domba, yaitu spesies, ras, umur, jenis kelamin, dan asal hewan. Diketahui  bahwa kambing lebih rentan daripada domba, ras lokal paling tinggi seroprevalensinya, umur ternak dewasa lebih rentan terinfeksi PMK. Hal ini terjadi karena kambing dan domba dewasa lebih lama terpapar saat berada di peternakan dan di pasar hewan dibanding dengan hewan muda, sehingga hewan dewasa diperkirakan memiliki antibodi dari berbagai serotipe PMK, sedangkan padakambing domba muda, umumnya peternak lebih menjaga kondisi  hewan sehingga sedikit mengalami paparan.  Ternak kambing domba yang berasal daridalam peternakan lebih rentan terhadap penyakit PMK   dibandingkan hewan yang didatangkan dari luar peternakan.

            Demikian tuisan ini   disampaikan semoga  bermamfaat bagi  para  peternak   untuk mengantisipasi faktor pemicu / predisposisi   yang berpotensi  menyebabkan kejadian PMK pada kambing dan domba, sehingga dapat menjadi informasi yang berguna untuk menekan penyebarannya.

INTEGRITAS MENUJU KESUKSESAN

INTEGRITAS MENUJU KESUKSESAN

Oleh Dr. drh Euis Nia Setiawati, MP

 

Integritas berarati mutu, sifat atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan; kejujuran. Dengan sikap berkata baik atau diam (silent), hikmahnya dapat mencegah kata -kata yang tidak perlu dan bukan pada tempatnya. Karena kata-kata (ucapan) mengubah urutan DNA (Deoxyribo Nucleic Acid) kita dengan mencipta ulang masa depan, menciptakan kuantum yang memungkinkan kita mengendalikan nasib, yaitu sampai  kepada  sukses atau tidak sukses, sehingga  untuk sampai kepada sukses kita harus dapat mengelola kuantum iman.

Keyakinan dan kejujuran kepada hati nurani  akan mempertajam bashirah atau mata hati, sehingga tidak tersamar antara yang Haq dengan yang bathil. Juga akan menjaga kepekaan bathin  dan  ketajaman citarasa  moral  dalam menjalankan tugas  serta  feeling  etis  dalam menekuni tugas pokok profesi. Sehingga perlu selalu ditumbuhkan geliat hati yang baik, agar tidak  terjadi  bias  nurani  yang  menyesatkan dan  berakhir  dengan  penyesalan. Integritas berkorelasi  dengan  tersedianya  energi dari  dalam dan pola  (template) atau prinsip yang membentuk arah pertumbuhan. Integritas memiliki dimensi kejujuran, moralitas, tanggungjawab, satu kata dengan perbuatan, konsisten terhadap kaidah kesuksesan.

Kejujuran dapat termanifestasikan dalam keceriaan hidup sebagai optimisme yang merupakan proses meneguhkan amal baik menuju visi hidup insan bertaqwa.  Proses tersebut mengisyaratkan adanya  persistensi  atau ketekunan.  Hal ini  merupakan konsekuensi  logis dalam interaksi sosial yang dinamis dan senantiasa tidak lepas dari dimensi istiqamah. Orang yang  mampu  melintasi  godaan  dan  tantangan berkorelasi  dengan  sikap  beristigfar dan tawakkal, meninggikan ketahanan mental dan menjadikan siap melakukan kebaikan.

Koensidensi ada hubungan korelasional dengan kesabaran yang hanya dimiliki oleh orang yang kuat, bermartabat, serta tahan godaan dan ancaman. Perjalanan hidup akan lebih lancar bagi seseorang yang mau menginstrospeksi diri dan menjaga pengaruh negatif dari orang lain dan lingkungan beriklim permisif terhadap sikap koruptif, sehingga terhindar dari kolesterol moral yang merugikan dan mengakibatkan penyesalan. Pergaulan merupakan fakultas kebebasan yang memberikan kurikulum contoh pola dan pilihan hidup.

Orang berintegritas yang memiliki sikap mental positif akan dapat menikmati seni  hidup, karena menghadapi hidup dengan sabar dan syukur serta memilki keyakinan pada potensi diri yang telah dianugerahkan oleh ALLAH Swt. Dengan modal kepercayaan pada diri se ndiri, maka potensi  dapat   dioptimalkan untuk melakukan cita -cita yang lebih besar dan berguna  bagi masyarakat banyak.  Orang  berintegritas memiliki modal  spiritual  (spiritual  capital) yang berkomitmen terhadap tujuan  hidup  yang  mulia serta  standar  moral. Koensidensi,  sikap tersebut  menumbuhkan  program  sikap kreatif pengembangan  diri  mencapai kesuksesan. Dalam arti pula, integritas berkorelasi dengan mindset yaitu pola pikir yang berkelanjutan yang diperkuat dengan keyakinan dan proyeksi sehingga menjadi kenyataan. Dalam hubunga n ini integritas personal dapat menjadi contoh dalam komunitas Role Model pada lingkungan organisasi/institusi dan mengambil sikap tidak terintimidasi oleh lingkungan yang tidak jujur.

Orang berintegritas yang  berpegang  kepada  kejujuran akan memiliki akuntabilitas, dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya secara moral, sosial dan yuridis. Sedangkan orang yang mengalami krisis integritas akan dihantui  oleh rasa was-was, rasa galau, stress, rasa bersalah, atau penyesalan.

Setiap orang  memiliki pilihan tersendiri  dalam menentukan  sesuatu  yang dianggap akan menjadi  sumber  kebahagiaan. Banyak orang  sulit  menentukan  kesalahan yang  dilakukan dirinya sendiri. Kecuali orang yang memiliki Bashirah atau mata hati yang jernih. Mereka yang melakukan perbuatan  tidak pantas atau tidak patut  berarti tidak jujur,  tidak tegas, tidak sungguh-sungguh, dan tidak layak. Dan untuk membangun prestasi KESUKSESAN seseorang disyaratkan untuk  menggerakkan ketajaman ide, membuat prestasi dalam l ingkungan, dan menjaga marwah diri secara konsisten.

Semoga ulasan ini bermamfaat  dan menjadikan  diri kita dapat  menemukan makna dalam hidup,  sehingga menjadi orang yang pandai memetik hikmah setiap saat dari segala kejadian dan melihat kebaikan dalam segala hal, yang giliranya akan  menumbuhkan program sikap kreatif pengembangan diri mencapai kesuksesan

EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI SPERMA SEXING TERHADAP PEDET YANG DILAHIRKAN

EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI SPERMA SEXING TERHADAP PEDET YANG DILAHIRKAN
Oleh Dr. drh Euis Nia Setiawati, MP
Kebutuhan penyediaan bakalan dan bibit  pejantan unggul,  mengharuskan kita untukmengendalikan  perkawinan ternak  sehingga peluang kelahiran anak sapi jantan  lebih besar dibandingkan anak  sapi betina.  Permasalahan ini  hanya   bisa dijawab   dengan   menerapkan teknologi  reproduksi  dalam  bidang  peternakan. Salah  satu  teknologi reproduksi yang  dapat mengefisienkan  sistem   produksi anak  sapidengan jenis kelamin tertentu dan sudah banyak diterapkan pada ternak sapi  adalah  sexing spermatozoa. Melalui teknologi sexing  spermatozoa, jenis kelamin  anak   ternak    yang  diproduksi   dapat   dikendalikan   dengan   proporsi tertentu. Teknologi sexing  spermatozoa telah berkembang lama  dan  beberapa teknik  telah diterapkan mulai  dari  teknologi sederhana seperti metode swim up spermatozoa  (Sariadi  et al.,  2014)  dan  kolom  albumin  (Purwoistri  et  al.,  2013) hingga   teknologi  sexing   yang   menggu nakan   peralatan  rumit   seperti   flow cytometer (Sharpe  dan  Evans,   2009;   Cran   dan  Johnson, 1996;   Rens   et   al.,
1999).  Teknologi  sexing spermatozoa  yang  cukup  sederhana  dan  sudah  cukup
luas  diterapkan  adalah   teknik   kolom albumin.  Saili  et  al.  (2000)  melaporkan bahwa dengan menggunakan teknik  kolom  albumen dapat  diperoleh  proporsi spermatozoa  yang membawa kromosom Y (menentukan  kelamin jantan)  sebesar
73,5%    pada    sapi    Frisian   Holstain   (FH).    Walaupun   proses    sexing    dapat menurunkan kualitas spermatozoa, tetapi spermatozoa hasil  sexing  masih  dapat digunakan baik   pada   fertilisasi  in  vivo   maupun  in  vitro untuk  menghasilkan anak ternak  (Carvalho et al.,  2014).        Akan     tetapi,      Putri     et     al.     (2015) melaporkan  bahwa tidak  ada perbedaan  kualitas spermatozoa  pasca-thawing  dari semen beku sapiFH  baik  yang  melalui  proses  sexing  maupun yang tidak melalui proses  sexing.  Lebih lanjut   Said et al. (2005)  melaporkan bahwa  81% induk sapi perah  yang  diinseminasi dengan spermatozoa yang  diprediksi membawa kro- mosom Y dapat melahirkan anak sapi jantan.
Proses sexing secara detail adalah sebagai berikut. Semen sapi bali yang diperoleh dari hasil penampungan menggunakan metode vagina buatan, selanjutnya dicuci dengan cara disentritugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 10 menit untuk memperoleh endapan spermatozoa. Kemudian, endapan spermatozoa tersebut ditambahkan medium mBO hingga konsentrasinya  menjadi  200    juta    sel/mL. Sampel semen sebanyak 1 mL dimasukan ke dalam kolum yang berisi medium sexing spermatozoa dan dibiarkan mengendap selama 20 menit pada suhu 28°C. Selanjutnya, setiap fraksi semen disedot dengan pipet dan ditampung dalam tabung sentrifus. Sentrifugasi yang dilakukan dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit dimaksudkan untuk mendapatkan endapan spermatozoa yang telah bersih dari medium sexing spermatozoa. Kemudian endapan spermatozoa tersebut ditambahkan kembali dengan medium mBO, dievaluasi dan dikemas di dalam straw sebelum disimpan di dalam refrigerator (3-5oC).
       Sapi bali pada kelompok umur  3-4 tahun  melahirkan anak dengan rasio  kelamin 3,33 atau tiga ekor jantan berbanding satu ekor betina.  Pda sapi bali pada kelompok umur   5-6 tahun  melahirkan anak dengan rasio kelamin 4,00 atau empat ekor jantan berbanding  satu  ekor  betina.  Secara  keseluruhan, rataan  rasio  kelamin anak  yang dilahirkan oleh  sapi  percobaan pada  penelitian ini adalah  3,6 atau  3,6 ekor  jantan berbanding satu  ekor  betina.  Dengan demikian, tingkat  kesesuaian jenis  kelamin anak yang diharapkan untuk lahir sebagai jantan  adalah  78,26%  atau 36 ekor jantan dari keseluruhan 46 ekor anak sapi yang lahir.  Saiddan Afiati (2012) yang menyatakan bahwa  sexing   sp erm atozoa   pada  sapi  bali  menggunakan  teknik kolom albumin juga  dapat  d iha si l kan   80,77%   anak   jantan   setelah   inseminasi  menggunakan spermatozoa  yang   diprediksi  membawa  kromosom  Y  (Said   dan   Afiati,   2012). Demikian halnya   dengan laporan Gunawan  et  al.  (2015)  yang  melaporkan  bahwa persentase kelahiran anak  sapi  jantan  dapat meningkat sampai 89,5% dengan menggunakan  spermatozoa  hasil sexing yang dihasilkan  melalui  metode  kolom albumin.
       Demkian tulisan  ini Disampaikan, semoga bermamfaat bagi  para peternak  dan pembaca Umumnya .  Dalam  hal ini penggunaan Spermatozoa hasil sexing  memiliki daya fertilitas yang  cukup  baik  dengan tingkat  kesesuaian jenis  kelamin anak  sapi yang dilahirkan mencapai 78,26%.

PEMANFAATAN ESTRAK DAUN SIRIH (Piper betle) DALAM PENYEMBUHAN LUKA IRIS

PEMANFAATAN ESTRAK DAUN SIRIH (Piper betle) DALAM PENYEMBUHAN LUKA IRIS

Oleh : Dr, drh Euis Nia Seiawati, MP

Penggunaan tanaman sebagai obat sudah lama dikenal masyarakat Indonesia, hanya saja dasar penggunaan tanaman sebagai obat dan khasiatnya diketahui berdasarkan pengalaman orang-orang tua terdahulu, tanpa mengetahui kandungan dari tanaman tersebut. Salah satu tanaman obat yang cukup dikenal masyarakat ialah daun sirih (Piper betle). Daun sirih bermanfaat sebagai antiseptik dan vulnerary yaitu menyembuhkan luka. Daun sirih mengandung saponin, flavonoid, tanin, dan minyak atsiri. Saponin, flavonoid serta tanin dapat membantu proses penyembuhan luka karena berfungsi sebagai antioksidan dan antimikroba yang memengaruhi penyambungan luka juga mempercepat epitelisasi. ekstrak etanol daun sirih konsentrasi 10% topikal pada luka iris selama 14 hari dapat mengingkatkan kecepatan penyembuhan luka iris. Selain kaya akan zat aktif, daun sirih sangat mudah didapatkan dan sudah sejak dahulu banyak digunakan sebagai obat tradisional. Kesembuhan luka yang ditandai dengan penutupan luka saja tidak cukup, tetapi akan lebih baik jika proses kesembuhan luka terjadi dengan proses regenerasi yang tepat sehingga diperoleh hasil kesembuhan sempurna tanpa cacat. Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan mikroskopik terhadap ketebalan epidermis, jumlah fibroblas, dan jumlah kolagen dari proses penyembuhan luka yang diaplikasikan ekstrak daun sirih. pemberian ekstrak daun sirih (Piper betle) dengan konsentrasi 10% secara topikal 1 tetes (50 µl), 2x/hari selama 14 hari. Pada hari ke 14dapat meningkatkan ketebalan epidermis, jumlah fibrolas, dan jumlah kolagen pada luka

Proses penyembuhan luka merupakan proses biologis yang terjadi di dalam tubuh, melibatkan rangkaian proses yang rumit, rentan, dan sangat mungkin terjadi gangguan ataupun kegagalan, sehingga diperlukan kondisi yang optimal untuk mendapatkan penyembuhan yang baik. Pada proses penyembuhan luka, terjadi serangkaian interaksi antara berbagai jenis sel mediator sitokin, dan matriks ekstrasel terangkum dalam tiga fase yang saling tumpang tindih, yaitu fase inflamasi, fase proliferasi, serta fase remodeling jaringan.5 Tujuan dari manajemen luka ialah penyembuhan luka dalam waktu sesingkat mungkin, meminimalkan kerusakan jaringan, penyediaan perfusi jaringan yang cukup dan oksigenasi, serta nutrisi yang tepat untuk jaringan luka.6 Pengobatan dari luka bertujuan untuk mengurangi faktorfaktor risiko yang menghambat penyembuhan luka, mempercepat proses penyembuhan dan menurunkan kejadian luka yang terinfeksi.

Daun sirih mengandung saponin, flavonoid, tannin, dan minyak atsiri. Kandungan saponin, flavonoid, serta tanin dapat membantu proses penyembuhan luka karena berfungsi sebagai antioksidan dan antimikroba yang memengaruhi penyambungan luka, dan juga mempercepat epitelisasi.  Senyawa aktif ini berperan sebagai antioksidan yang berpengaruh pada kontraksi luka, meningkatkan kecepatan epitelisasi, dan juga steroid dalam hal ini sterol atau steroid alkohol yang berpengaruh pada penyembuhan luka serta berfungsi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal bebas, mengurangi lipid peroksidasi, mengurangi nekrosis sel, dan meningkatkan vaskularisasi. Aktivitas antioksidan yang tinggi dapat mempercepat penyembuhan luka karena dapat menstimulasi produksi antioksidan endogen pada situs luka dan menyediakan lingkungan yang kondusif untuk terjadinya penyembuhan luka.

Tanin mempunyai aktivitas mekanisme seluler yaitu membersihkan radikal bebas dan oksigen reaktif, meningkatkan penyambungan luka, serta meningkatkan pembentukan pembuluh darah kapiler serta aktivasi fibroblas. Tanin merangsang pertumbuhan epidermis dan membantu reepitelisasi dengan cara mengendapkan lipid protein kompleks dan mempercepat pembentukan keropeng fleksibel yang menutup luka. pemberian ekstrak metanol 5% daun sirih (Piper betle) selama 12 hari dapat meningkatkan epitelisasi. Flavonoid bekerja dengan cara menurunkan lipid peroksidasi sehingga terjadi peningkatan viabilitas serat kolagen. Luka yang diberi ekstrak daun sirih dengan kandungan zat aktif tersebut akan merangsang proliferasi fibroblas, dan fibroblas yang teraktivasi akan menyekresi kolagen dan membentuk jaringan granulasi. Terbentuknya jaringan granulasi yang sempurna akan menutup permukaan luka. Pembentukan jaringan granulasi mengakhiri fase proliferasi proses penyembuhan luka dan dimulai pematangan dalam fase remodeling.

Demikian tulisan ini disampaikann , semoga bermamfaat bagi pembaca , diharapkan pemberian ekstrak daun sirih dapat digunakan sebagai terapi pengobatan luka pada ternak dan hewan peliharaan.

Dampak Penyakit Mulut Dan Kuku Terhadap Kinerja Reproduksi

DAMPAK PENYAKIT MULUT DAN KUKU   TERHADAP KINERJA  REPRODUKSI

Oleh Dr drh Euis Nia Setiawati, MP.

Peternakan sapi memiliki peranan yang signifikan dalam menyediakan sumber pangan berupa daging dan susu, serta sebagai sumber pendapatan bagi peternak. Namun, masalah kesehatan ternak, terutama penyakit mulut dan kuku, dapat menghambat pertumbuhan dan produktivitas ternak, yang berdampak pada angka kelahiran dan kematian pedet sapi. Penyakit mulut dan kuku pada pedet sapi, termasuk stomatitis, aftosa, dan gangguan kuku, telah teridentifikasi sebagai masalah kesehatan yang sering terjadi pada hewan di berbagai wilayah. PMK  ini dapat menyebabkan rasa sakit, ketidaknyamanan, penurunan nafsu makan, gangguan reproduksi, dan bahkan kematian pada pedet sapi.

Gejala yang ditimbulkan pada hewan yang terserang penyakit PMK yaitu munculnya deman tinggi, tidak nafsu makan, hipersativasi, kehilangan berat badan, pembengkakan kelenjar submandibular, luka melepuh pada mulut bagian dalam dan daerah sekitar kuku.  Gejala klinis awal yang paling menciri pada kasus PMK adalah hipersaliva yang di sertai busa kemudian lesi pada mulut, hidung dan sela .  Pengobatan secara tradisional melalui pembuatan ramuan jamu dari tanaman herbal, cairan cukup untuk dehidrasi yang disebabkan sulit minum dan karena demam,sebagai pengobatan suportiflainnya. Secara umum pengobatan yang dilakukan menggunakan antibiotik, antipiretik, vitamin, antiinflamasi non steroid dan premix. Perlakuan lain yang diberikan adalah penyemprotan desinfektan pada ternak, kandang dan lingkungan kandang.

PMK dapat berdampak negatif terhadap angka kelahiran sapi karena dapat menyebabkan gangguan reproduksi pada sapi betina yang terinfeksi, seperti keguguran atau kelahiran anak sapi yang lemah dan rentan terhadap penyakit lainnya. PMK juga dapat mengurangi produksi susu pada sapi betina yang terinfeksi, sehingga dapat berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan sapi dan mengurangi produktivitas peternakan sapi secara keseluruhan. Dampak PMK terhadap kinerja kesuburan dikategorikan sebagai kerugian yang tidak terlihat karena dampaknya sulit diukur, terutama pada peternakan yang dikelola kurang intensif dimana PMK merupakan penyakit endemik. Kinerja kesuburan sapi yang buruk menyebabkan inefisiensi dalam sistem peternakan karena diperlukan lebih banyak input per unit output.  PMK mempengaruhi waktu terjadinya pembuahan pada hewan jika tantangan virus terjadi ketika sapi berada pada tahap perkembangan yaitu rentan terhadap menurunnya kinerja reproduksi. Reproduksi  merupakan hal yang kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor lingkungan dan pengelolaan, sehingga banyak parameter yang harus diukur sebelum, selama, dan setelah wabah untuk mendapatkan gambaran dampak penyakit secara keseluruhan. Pada  sapi dara, pada kondisi normal umur pertama kali beranak adalah 27 bulan, namun ketika sapi dara tersebut terpapar PMK ternyata   lebih tinggi  yaitu antara 36  bulan,  prosentase kelahirann  pada kasus PMK sebesar 0,37 % . Berkurangnya konsumsi pakan dan laju pertumbuhan yang berhubungan dengan penyakit klinis dan inflamasi dapat menyebabkan endokrinopati yang mengakibatkan buruknya kualitas folikel dominan, korpus luteum, dan kegagalan konsepsi. Sapi dara yang terkena PMK selama masa pemeliharaan akan melahirkan lebih lambat dibandingkan sapi yang tidak sakit selama masa pemeliharaan. Peningkatan mediator inflamasi yang menekan kesuburan, atau karena pireksia dan lesi pada mulut yang mengurangi asupan pakan dan menambah ketidak seimbangan nutrisi pasca melahirkan, sehingga semakin mengganggu kesuburan. Keterlambatan waktu pembuahan meningkatkan interval beranak lebih lama dari 12-13 bulan sehngga mengurangi jumlah ternak muda yang dihasilkan per tahun.

Demikian tulisan ini disampaikan, sebagai upaya meningkatkan kinerja reproduksi ternak tentunya diperlukan dukungan dan kolaborasi dalam mendorong pembebasan  dan pemberantasan PMK sehingga para petani, yang saat ini terbebani oleh PMK, dapat mengurangi kerentanan mereka, meningkatkan produktivitas, dan  pada ahiarnya  dapat meningkatkan kesejahteran peternak.

Cerdas Memilih Bahan Pangan Asal Hewan

ABSTRAK

Pangan asal hewan dibutuhkan manusia sebagai sumber protein hewani yang didapat dari susu, daging dan telur. Protein hewani merupakan zat yang penting bagi tubuh manusia karena mengandung asam amino yang berguna untuk meningkatkan metabolisme tubuh serta pembakaran energi (Hidayatullah, 2012) Menurut Direktorat Jenderal Peternakan (2011), dalam survey yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS), kebutuhan protein hewan asal ternak meningkat dari tahun 2006 sampai tahun 2011 sebesar 20%. Tingginya kebutuhan protein diakselerasi oleh peningkatan produksi daging ayam broiler di peternakan dari tahun
2006 sampai tahun 2011 meningkat sebesar 30%. Pangan segar asal hewan memiliki nilai dan
kualitas yang tinggi bagi kemaslahatan manusia, karena mengandung protein hewani yang merupakan asam amino essensial yang tidak dapat diganti dengan protein nabati atau protein essensial sintetis lainnya, sangat bermanfaat bagi pertumbuhan serta berperan mencerdaskan kehidupan bangsa. Akan tetapi, disisi lain pangan segar asal hewan memiliki karakteristik mudah rusak (perishable food) dan berpotensi membahayakan (potentially hazardous). Untuk itu, Undang-Undang mengatur aspek mulai dari pengawasan, pemeriksaan, pengujian, standardisasi, sertifikasi dan registrasi terhadap produk dan unit usaha, sejak produk pangan asal hewan diproduksi di kandang sampai dengan siap dikonsumsi di meja makan. Selain itu juga untuk memastikan produk pangan asal hewan memenuhi kriteria aman, sehat, utuh dan Halal* (*bagi yang dipersyaratkan).
Kata kunci: Pangan Asal Hewan, Daging, Susu, Telur, ASUH.

Parasit Toxoplasma Bukan Hanya Dari Kucing

ABSTRAK

Pemelihara hewan kesayangan terutama pada yang sering kontak dengan kucing, kemungkinan dapat terjangkit Toxoplasma gondii. Higiene perorangan merupakan salah satu cara pengendalian berbagai macam penyakit salah satunya untuk mencegah Toksoplasmosis. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan keterpaparan terhadap kucing, higiene perorangan yang meliputi kebiasaan cuci tangan, kebiasaan menggunakan APD dan kebiasaan membersihkan tempat tinggal dengan kejadian toksoplasmosis. Toxoplasmosis merupakan suatu penyakit zoonosis, yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii, yang ditularkan melalui kucing sebagai hospes definitif dan dapat juga menginfeksi famili unggas. Hal ini terjadi karena unggas menelan makanan yang telah terinfeksi oleh ookista dari Toxoplasma gondii. Unggas yang paling banyak dikonsumsi yaitu ayam. Toksoplasmosis bersifat asimptomatik dengan gejala non spesifi k dan mirip gejala penyakit lainnya. Kucing merupakan host defi nit Toxoplama gondii. Kotoran kucing mengandung ookista infektif bagi manusia. Pemeriksaan toksoplasmosis pada manusia dapat dilakukan dengan uji serologi untuk melihat kadar imunoglobulin M (IgM) dan imunoglobulin G (IgG) anti toksoplasmosis.
Kata kunci: Toxoplasmosis, Toxoplasma gondii, kucing, ungags, immunoglobulin.

Virus Nipah

ABSTRAK

Kejadian penyakit zoonosis di dunia cenderung meningkat karena adanya kemajuan teknologi, perubahan aktivitas manusia dan ekosistem. Salah satu penyakit yang akhir-akhir ini muncul adalah penyakit Nipah di negara tetangga, Malaysia, yang telah menewaskan 105 orang dan lebih dari satu juta ekor babi dimusnahkan. Mengingat lokasi geografis Indonesia sangat berdekatan dengan Malaysia, maka dapat terjadi kemungkinan berpindahnya penyakit
tersebut ke Indonesia melalui berbagai cara seperti importasi ternak babi dan produknya, serta melalui perpindahan satwa liar, dalam hal ini kelelawar. Oleh karena penyakit Nipah sangat berbahaya bagi manusia serta merupakan penyakit emerging, maka penyakit ini perlu mendapat perhatian yang serius. Hewan reservoir, kelelawar pemakan buah, yang terbukti mengandung antibodi terhadap infeksi Nipah baik dengan uji ELISA maupun serum netralisasi. Kondisi ini meminta berbagai pihak mewaspadai kemungkinan terjadinya infeksi Nipah di Indonesia. Makalah ini merupakan ulasan yang membahas berbagai aspek penyakit Nipah, meliputi etiologi, epidemiologi, situasi di Indonesia serta saran pencegahan dan pengendaliannya. Diharapkan, tulisan ini dapat memberikan masukan bagi semua pihak dalam
rangka meningkatkan kesehatan masyarakat veteriner di Indonesia.
Kata kunci : Nipah, etiologi, epidemiologi, pencegahan, Indonesia

Penyembuhan Luka Pasca Kastrasi Pada Kucing Jantan Dengan Menggunakan Sediaan Propolis Cair

Abstrak

Propolis sejak jaman dahulu sudah digunakan untuk menyembuhkan luka karena mengandung arginin dan asam ferulat dimana kedua senyawa ini memacu pembentukan kolagen. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat keefektifan penyembuhan luka sayatan kastrasi pada kucing dengan menggunakan sediaan propolis cair yang banyak beredar di pasaran. 16 ekor kucing jantan dikastrasi dengan metode terbuka. Setelah itu kucing dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok 1 sebanyak 12 ekor diberi pengobatan propolis cair 1 tetes sebanyak 2 kali pemberian yaitu sesaat setelah kastrasi dan hari ke-2 (H.2) setelah kastrasi. Kelompok 2 sebanyak 4 ekor kucing hanya diberi 1 kali propolis cair dengan jumlah yang sama sesaat setelah kastrasi. Proses persembuhan luka sayat kastrasi diamati selama 5 hari. Data dianalisis secara deskriptif dengan membandingkan gambaran proses persembuhan luka sayatan operasi serta waktu proses kesembuhan. Dari kedua kelompok perlakuan ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan sampel menunjukkan penyembuhan luka sempurna pada hari ketiga (H.3) pasca kastrasi. Pemberian propolis cair yang dilakukan 1 kali sesaat setelah kastrasi ternyata mampu menunjukkan waktu persembuhan luka sayatan kastrasi yang sama dengan pemberian propolis cair yang dilakukan sebanyak 2 kali.

Kata kunci: Kucing, Kastrasi, Orchiectomy, Propolis, Cinagara.

Penyembuhan Luka Pasca Operasi Ovariohisterectomy Pada Kucing Betina Dengan Menggunakan Propolis Cair Dan Salep Antibiotik

Abstrak

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat penyembuhan luka pasca tindakan operasi yaitu ovariohisterectomy (OH) pada kucing betina dengan menggunakan propolis cair yang banyak beredar di pasaran. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret sampai dengan November 2019 di Klinik Hewan Sehat Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan Cinagara Bogor (BBPKH Cinagara Bogor). Sebanyak 5 ekor kucing betina mendapat perlakuan ovariohisterectomy (OH) dan diberikan propolis cair pada lokasi jahitan di kulit abdomen sebanyak 2 tetes (P1) dan 3 ekor diberi salep antibiotik di lokasi jahitan (P2) kemudian dilakukan pembalutan untuk kedua kelompok perlakuan. Penggantian perban pada P1

dilakukan 3 hari kemudian dan pemberian propolis cair dilanjutkan sehari sekali sampai luka kering. Pemberian salep antibiotik dan penggantian perban untuk P2 dilakukan setiap hari sampai jahitan kering. Pengamatan dilakukan terhadap proses kesembuhan luka operasi. Keseluruhan hasil penelitian menunjukkan adanya proses kesembuhan luka jahitan maupun luka sayat operasi yang lebih cepat pada perlakuan pemberian propolis cair. Luka menutup pada hari ke-7 pada kucing betina yang diberi propolis cair dan hari ke-10 untuk kucing yang diberi salep antibiotik.

Kata kunci : Kucing, Ovariohisterektomi, Kastrasi, Propolis, Cinagara.

Skip to content