Skip to content Skip to left sidebar Skip to footer




Berita

Kementan Kolaborasi Bersama INDOHUN, Wujudkan Pencegahan Zoonosis

CINAGARA – Wujudkan pencegahan dan pengendalian zoonosis dan penyakit infeksius baru, Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan (BBPKH) Cinagara bersama Indonesia One Health University Network (INDOHUN) menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) atau Nota Kesepahaman mengenai progam pelatihan, penyusunan materi pembelajaran lintas sektor dengan pendekatan one health. Kegiatan ini berlangsung di BBPKH Cinagara pada Senin (09/09/2024).

Bentuk nyata dukungan Kementerian Pertanian dalam menangani penyakit-penyakit zoonosis infeksius dengan menerbitkan Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor 39 tahun 2023 tentang Pelayanan Minimal Zoonosis Prioritas.

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman mengatakan penerbitan aturan ini sebagai bentuk langkah nyata Kementan dalam menangani persoalan kesehatan hewan yang sejatinya masuk dalam tupoksi Kementerian Pertanian, untuk mendukung sektor pertanian peternakan, dan kesehatan masyarakat.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Idha Widi Arsanti mengungkapkan pihaknya akan terus turut berperan aktif dalam penanganan penyakit-penyakit zoonosis dengan berfokus pada pengembangan dan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia pertanian melalui berbagai program-program pelatihan spesifik.

Penandatanganan MoU dihadiri oleh Koordinator INDOHUN, Agus Suwandono, wakil koordinator Joko Pamungkas sedangkan dari BBPKH Cinagara dihadiri oleh Kepala Balai Besar I GST. Made NGR. Kuswandana, berserta widyaiswara, Dwi Windiana, Nia Setiawati, Fera Aryanti, dan Wisnu Jaka Dewa.

Penandatanganan MoU ini merupakan kelanjutan dari kerjasama sebelumnya yang sudah terjalin selama lima tahun sejak 2018.

INDOHUN merupakan jejaring universitas yang terdiri dari 34 fakultas yang mewakili bidang kesehatan dengan tiga disiplin ilmu utama yakni kedokteran, kedokteran hewan, serta kesehatan masyarakat dan berfokus pada penyakit zoonotik. Dalam kerjasama selama lima tahun, INDOHUN telah membawa BBPKH Cinagara berperan dan terlibat aktif dalam berbagai kegiatan one health nasional.

Kegiatan bersama INDOHUN yang telah dilaksanakan, antara lain peningkatan SDM melalui penyelenggaraan pelatihan one health, penyusunan kurikulum dan penyusunan modul one health, yaitu modul pelatihan penanggulangan zoonosis dengan pendekatan one health untuk pengelola program zoonosis di Provinsi/Kabupaten/Kota dan pelatihan investigasi KLB/wabah terpadu dengan pendekatan one health bagi petugas epidemiologi lapangan.

I Gusti Made Ngurah Kuswandana mengungkapkan dengan adanya kolaborasi antara BBPKH Cinagara dengan INDOHUN penanganan zoonosisi sudah terpetakan.

“Bagaimana penanganan, manajemen krisis terhadap kasus-kasus zoonosis dan infeksi baru ini benar-benar sudah terpetakan dengan baik yang membuat saya tertarik dan ingin terus mendalami,” ujar Made.

“Saya berharap semua widyaiswara harus bisa terlibat disana, mari kita sama2 terus berkolaborasi karena masalah zoonosis ini menyangkut kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat, tidak bisa kita selesaikan sendiri, lewat INDOHUN inilah salah satu cara kita untuk terus brkolaborasi dalam penanganan penyakit-penyakit zoonosis di Indonesia,” imbuh Made.

Dwi Windiana widyaiswara BBPKH Cinagara berharap dengan adanya keberlanjutan penandatanganan kedua ini, menjadi salah satu program INDOHUN dan BBPKH Cinagara yang akan terus berfokus pada penangananan keterkaitan rantai pangan dan lingkungan dengan pendekatan secara lintas sektor berbasis koordinasi, komunikasi, kooperasi, dan kolaborasi.

Kejar Swasembada Pangan, Kementan Tak Kendor Pantau Progres Pompanisasi dan PAT di Kabupaten Kuningan

Ditengah tantangan perubahan iklim, El Nino, krisis pangan dan ancaman kelaparan yang tengah di hadapi Indonesia, Kementerian Pertanian terus berupaya untuk menggenjot produktivitas komoditas padi dengan beragam program yang salah satunya yaitu pompanisasi dan PAT untuk dapat mencapai swasembada pangan masa depan. Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengajak semua pihaknya dan jajarannya untuk dapat bekerjasama dan berkolaborasi untuk mewujudkan swasembada pangan tersebut.

“Kita harus berjibaku, harus bergandeng tangan dan berkolaborasi untuk mencapai swasembada pangan ke depan”, ujar Mentan.

Plt Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, dalam berbagai kesempatan, mengatakan bahwa seluruh pemangku kepentingan harus bahu membahu meningkatkan produksi padi, di antaranya dengan memaksimalkan dan mengakselerasi pompanisasi.

“Pompanisasi dapat menjadi solusi cepat untuk meningkatkan produksi padi, terlebih ketika menghadapi musim kemarau. Masalahnya tadah hujan jika kemarau airnya tidak ada. Karenanya kita genjot pompanisasi untuk meningkatkan produksi,” kata Dedi.

Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan Cianagara sebagai salah satu UPT dibawah BPPSDMP terus berkolaborasi dan mengakselerasikan program pemanfaatan pompanisasi dan PAT di kabupaten Kuningan. Tim PJ BBPKH Cinagara terus koordinasi dengan dinas TKPP Kab. Kuningan terkait sinkronasi data laporan PAT pada 7-8/08/2024.

Dari hasil sinkronisasi dan koordinasi di beberapa Kecamatan di kabupaten Kuningan progress realisasi pompanisasi mencapai 50-70% sudah⁠ tersedia rumah pompa dan bak-bak penampungan. Total potensi layanan pompanisasi di Kabupaten Kuningan dari beberapa Kecamatan dan Desa seluas 135 Ha. Dengan rincian 15 Ha di Kecamatan Garawangi, 20 Ha di Kecamatan Luragung, 20 Ha di Kecamatan Maleber, 30 Ha di Desa Parakan, 15 Ha Desa Cieurih, dan 20 Ha di Desa Susukan.

Progress pompanisasi dan PAT di Kabupaten Kuningan juga telah mampu meningkatkan indek pertanaman di beberapa tempat seperti di Kecamatan Luragung yang naik dari IP 2 ke IP3, Desa Kutamandala, Desa Parakan, Desa Cieurih, dan Desa Sususkan dari IP1 naik ke IP2.

Kandang Komunal Kambing/Domba

Kandang Komunal Kambing/Domba

Oleh : Dayat Hermawan (Widyaiswara Madya)

 

Gambar 32. Kandang Kambing/Domba (Sumber : Dokumen Pribadi)

Latar Belakang

Kandang adalah istilah yang umumnya digunakan untuk merujuk pada tempat atau ruang terbatas yang dirancang khusus untuk menahan atau menyimpan hewan. Kandang dapat berupa struktur sederhana, seperti kandang kayu untuk hewan peliharaan di rumah, atau struktur yang lebih kompleks seperti kandang di peternakan atau fasilitas pemeliharaan hewan.

Kandang biasanya dirancang untuk memberikan lingkungan yang aman dan nyaman bagi hewan tersebut. Desain kandang dapat bervariasi tergantung pada jenis hewan yang dipelihara, tujuan pemeliharaan, dan faktor-faktor lain seperti iklim dan lingkungan.

Secara umum, kandang dapat digunakan untuk berbagai tujuan, termasuk:

  1. Pemeliharaan Hewan Peliharaan

Kandang digunakan untuk menjaga hewan peliharaan seperti anjing, kucing, kelinci, dan lainnya agar tetap aman dan terkendali.

  • Peternakan

Kandang di peternakan digunakan untuk menyimpan dan mengelola hewan ternak seperti sapi, domba, kambing, ayam, dan lainnya. Kandang di peternakan dirancang untuk memenuhi kebutuhan khusus hewan-hewan tersebut.

  • Pertanian

Pada pertanian, kandang dapat digunakan untuk menyimpan hewan-hewan yang digunakan dalam pekerjaan pertanian atau sebagai bagian dari sistem pertanian tertentu.

  • Penelitian

Kandang juga dapat digunakan dalam konteks penelitian untuk menyelidiki perilaku atau karakteristik hewan tertentu.

Penting untuk memastikan bahwa kandang dirancang dengan memperhatikan kesejahteraan hewan, termasuk kebutuhan makanan, air, ruang gerak, dan kondisi lingkungan yang sesuai. Kandang yang baik dapat membantu menjaga kesehatan dan kesejahteraan hewan yang dipelihara di dalamnya.

Manfaat dan Fungsi Kandang

Kandang ternak memiliki berbagai manfaat dan fungsi yang penting untuk keberhasilan usaha peternakan. Berikut adalah beberapa di antaranya:

  1. Keamanan dan Proteksi
  2. Kandang harus menyediakan lingkungan yang aman dan terkendali untuk ternak, melindungi ternak dari predator dan potensi bahaya lainnya.
  3. Mencegah ternak keluar dari area yang berbahaya atau potensial menyebabkan cedera.
  4. Manajemen Populasi
  5. Membantu dalam mengatur dan mengelola populasi ternak dengan baik.
  6. Memisahkan ternak berdasarkan jenis kelamin, usia, kondisi kesehatan, atau kondisi fisiologis untuk menghindari perkawinan silang yang tidak diinginkan atau penyebaran penyakit.
  7. Pengendalian Lingkungan
  8. Memungkinkan pengaturan mikroklimat untuk ternak, termasuk suhu, kelembaban, ventilasi, dan cahaya.
  9. Memberikan perlindungan dari cuaca ekstrem seperti hujan, angin, atau panas yang berlebihan.
  10. Pengaturan Pakan
  11. Memudahkan pemberian pakan yang terkendali dan terukur.
  12. Memungkinkan pemisahan ternak berdasarkan kebutuhan nutrisi atau kondisi kesehatan.
  13. Manajemen Kesehatan
  14. Memudahkan pemantauan kesehatan ternak dan penanganan medis jika diperlukan.
  15. Mencegah penyebaran penyakit melalui isolasi ternak yang sakit.
  16. Efisiensi Produksi
  17. Meningkatkan efisiensi produksi dengan pengendalian yang lebih baik terhadap berbagai aspek seperti reproduksi, pertumbuhan, dan pemberian pakan.
  18. Mengurangi risiko stres pada ternak, yang dapat mempengaruhi produksi dan kesehatan.
  19. Manajemen Limbah
  20. Memungkinkan pengumpulan lumpur dan pupuk ternak untuk digunakan sebagai pupuk organik dalam pertanian.
  21. Membantu dalam pengelolaan limbah ternak, seperti kotoran dan urin, untuk mengurangi dampak lingkungan.
  22. Kotoran padat dan cair digunakan sebagai bahan baku pupuk, baik pupuk padat, pupuk cair, dan biogas.
  23. Peningkatan Kualitas Produk

Dengan memberikan lingkungan yang baik dan pakan yang terkontrol, kandang dapat berkontribusi pada peningkatan kualitas produk seperti daging, susu, atau telur.

  • Pengendalian Akses

Mengontrol akses ternak ke area tertentu, mencegah overgrazing pada padang penggembalaan (ranch), kebun hijauan pakan ternak, atau kerusakan lahan lainnya.

Penting untuk dicatat bahwa desain dan manfaat kandang dapat bervariasi tergantung pada jenis ternak yang dipelihara dan tujuan peternakan. Faktor-faktor seperti ukuran kandang, material konstruksi, dan perawatan harian juga memainkan peran penting dalam keberhasilan sistem peternakan.

Jenis Atau Model Kandang

Ada beberapa jenis atau model kandang ternak kambing dan domba yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan. Berikut adalah beberapa model kandang yang umum digunakan:

  1. Kandang Tetap (Fixed Pens)
  2. Kandang Pagar Kayu atau Bambu. Kandang sederhana dengan dinding pagar kayu atau bambu yang tetap. Cocok untuk lingkungan pedesaan dengan sumber daya terbatas.
  3. Kandang Batako atau Bata. Kandang dengan dinding dari bata atau batako yang tetap. Memberikan keamanan dan perlindungan yang baik.
  4. Kandang Kombinasi. Kombinasi material seperti kayu, bambu, dan bahan lainnya untuk menciptakan kandang yang kokoh dan fungsional.
  • Kandang Bergerak (Mobile Pens)
  • Trailer Kambing. Kandang yang dapat dipindahkan dengan roda atau traktor. Ini memungkinkan penggembalaan rotasional dan pengelolaan lahan yang lebih baik.
  • Pens Portabel. Kandang portabel yang mudah dipindahkan dan biasanya terbuat dari bahan ringan seperti baja atau kayu.
  • Kandang Semi-Intensif
  • Kandang Pola Lantai Beton. Kandang dengan lantai beton yang memudahkan pemeliharaan dan kebersihan, biasanya digunakan di area yang padat penduduk.
  • Kandang dengan Atap. Kandang yang dilengkapi atap untuk memberikan perlindungan dari cuaca ekstrem.
  • Kandang Intensif
  • Kandang Dalam (Stall Fed Systems). Kandang intensif dengan pemberian pakan terkontrol dan manajemen kesehatan yang ketat. Cocok untuk produksi yang intensif.
  • Kandang Susu. Kandang khusus untuk produksi susu dengan fasilitas seperti stanchion atau tempat pembibitan.
  • Kandang Semi-Konvensional
  • Kandang Sistem Pens Buka. Kandang dengan pintu terbuka yang memberikan akses ke padang rumput atau area penggembalaan.
  • Kandang Kombinasi. Penggunaan kombinasi dari beberapa model di atas untuk memenuhi kebutuhan spesifik dan memaksimalkan kesejahteraan ternak.

Pemilihan jenis kandang akan tergantung pada beberapa faktor seperti iklim, topografi, skala usaha, tujuan pemeliharaan, dan sumber daya yang tersedia. Penting untuk memastikan bahwa kandang yang dipilih dapat memberikan kondisi yang nyaman dan sehat bagi kambing dan domba.

Kandang Komunal

Kandang komunal biasanya merujuk kepada fasilitas atau tempat di mana sekelompok hewan, seperti ternak atau hewan peliharaan, ditempatkan bersama-sama dalam satu area. Konsep ini sering digunakan dalam konteks pertanian atau peternakan di mana sejumlah hewan yang dimiliki oleh beberapa pemilik atau peternak ditempatkan dalam satu tempat yang sama untuk tujuan manajemen yang lebih efisien.

Kandang komunal dapat memiliki beberapa keuntungan, seperti efisiensi penggunaan ruang, pemantauan yang lebih mudah, dan kemudahan pengelolaan sumber daya. Namun, perlu diperhatikan bahwa kandang komunal juga dapat menimbulkan risiko, seperti penyebaran penyakit dengan cepat jika tidak dikelola dengan baik.

Penerapan kandang komunal dapat bervariasi tergantung pada jenis hewan, tujuan peternakan, dan praktik manajemen yang diterapkan oleh pemilik atau pengelola. Selain itu, aspek kesejahteraan hewan dan kepatuhan terhadap standar peternakan yang berlaku juga perlu diperhatikan dalam penggunaan kandang komunal.

Kelebihan Kandang Komunal

Kandang komunal memiliki beberapa kelebihan, terutama dalam konteks peternakan dan pemeliharaan hewan. Berikut adalah beberapa kelebihan kandang komunal:

  1. Ekonomis
  2. Biaya Rendah. Kandang komunal dapat mengurangi biaya infrastruktur karena dapat digunakan bersama oleh sejumlah peternak.
  3. Pemakaian Sumber Daya Bersama. Sumber daya seperti air, listrik, dan lahan dapat dimanfaatkan secara bersama-sama, mengurangi biaya operasional.
  4. Pemanfaatan Lahan yang Efisien dan Optimal

Kandang komunal dapat dirancang untuk memanfaatkan lahan secara efisien dan optimal.

  • Pemeliharaan Bersama

Dalam kandang komunal, peternak dapat berbagi tanggung jawab terkait pemeliharaan hewan, pemantauan kesehatan, dan manajemen kebersihan.

  • Keberlanjutan Lingkungan

Kandang komunal dapat menyederhanakan pengelolaan limbah karena dapat dilakukan secara kolektif, dengan metode yang lebih berkelanjutan.

  • Kemungkinan Diversifikasi

Kandang komunal dapat mendukung diversifikasi usaha dengan memberikan peluang bagi peternak untuk berkolaborasi dalam produksi yang berbeda.

  • Sosial dan Pertukaran Pengetahuan

Kandang komunal menciptakan kesempatan bagi peternak untuk berinteraksi, berbagi pengalaman, dan saling memberikan dukungan.

  • Manajemen Risiko

Dalam situasi krisis atau kesulitan ekonomi, kandang komunal dapat memberikan dukungan bersama, membantu mengurangi dampak negatif pada setiap peternak.

  • Skalabilitas

Kandang komunal dapat dirancang untuk mengakomodasi pertumbuhan jumlah hewan atau peternak dengan lebih fleksibel.

Meskipun kandang komunal memiliki sejumlah kelebihan, penting untuk diingat bahwa keberhasilan implementasinya tergantung pada manajemen yang baik, koordinasi antarpeternak, dan pemahaman yang jelas tentang kebutuhan hewan serta faktor lingkungan. Selain itu, aspek hukum dan perizinan juga perlu diperhatikan untuk memastikan keberlanjutan dan kepatuhan.

Kekurangan Kandang Komunal

Kandang komunal, atau sering disebut juga dengan “kandang bersama” atau “kandang kolektif,” adalah fasilitas tempat hewan ternak, seperti kambing atau domba, dipelihara secara bersama-sama oleh beberapa peternak. Meskipun konsep ini memiliki beberapa kelebihan, ada juga kekurangan yang perlu diperhatikan:

  1. Potensi Penyebaran Penyakit

Kandang komunal dapat meningkatkan risiko penyebaran penyakit antar hewan karena mereka berada dalam kontak yang lebih dekat satu sama lain. Jika satu hewan terinfeksi, ada kemungkinan besar penyebaran penyakit ke hewan lain.

  • Kesulitan Pengawasan Individu

Monitoring kesehatan dan kondisi masing-masing hewan dapat menjadi lebih sulit dalam kandang komunal. Identifikasi masalah kesehatan atau reproduksi pada satu hewan dapat memerlukan usaha lebih lanjut.

  • Ketidaksetaraan Pemeliharaan

Tidak semua hewan memiliki kebutuhan yang sama, dan kandang komunal mungkin tidak dapat memenuhi kebutuhan spesifik setiap hewan. Beberapa hewan mungkin memerlukan perhatian atau nutrisi tambahan yang sulit dipantau dalam konteks kandang bersama.

  • Ketergantungan pada Sumber Makanan yang Terbatas

Terkadang, kandang komunal mengandalkan satu sumber pakan atau pasokan air, dan jika terjadi kekurangan atau masalah dengan sumber daya ini, semua hewan dalam kandang dapat terpengaruh.

  • Tingkat Stres yang Mungkin Lebih Tinggi

Hewan-hewan dalam kandang komunal mungkin mengalami tingkat stres yang lebih tinggi karena lebih banyak interaksi sosial dan kurangnya ruang pribadi. Hal ini dapat memengaruhi kesejahteraan dan produksi hewan.

  • Manajemen Limbah

Pengelolaan limbah dari kandang komunal dapat menjadi tantangan. Jika tidak dikelola dengan baik, limbah dapat mencemari lingkungan sekitar dan mengakibatkan masalah kesehatan.

  • Pencemaran Lingkungan

Kandang komunal dapat berkontribusi pada pencemaran lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Limbah hewan, seperti kotoran dan urin, dapat mencemari tanah dan air, memberikan dampak negatif pada ekosistem lokal.

  • Kesulitan dalam Penerapan Praktik Pertanian Berkelanjutan

Kandang komunal mungkin menghadapi kesulitan dalam menerapkan praktik pertanian berkelanjutan karena tantangan dalam manajemen sumber daya dan lingkungan yang melibatkan banyak peternak.

Dalam merencanakan atau mengelola kandang komunal, penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor ini untuk meminimalkan risiko dan memastikan kesejahteraan hewan, produktivitas, dan keberlanjutan lingkungan.

Gambar 33. Kandang Komunal Kambing/Domba (Sumber : Dokumen Pribadi)

Konsistensi Kementan, Tingkatkan IP dan PAT di Kabupaten Sumedang

SUMEDANG – Kementerian Pertanian terus konsisten meninjau jalannya program pompanisasi di seluruh wilayah Indonesia. Peninjauan bertujuan guna memastikan semua pompa yang sudah didistribusikan telah dimanfaatkan dan benar-benar berfungsi dengan baik sesuai target, sehingga mampu memberi dampak positif pada peningkatan produksi.

Terbukti dibeberapa wilayah Indonesia program pompanisasi ini telah mampu meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) dari yang tadinya hanya satu kali tanaman dalam setahun kini menjadi 3 kali tanam dalam setahun.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menuturkan, pompanisasi menjadi langkah antisipatif dan strategis dalam menghadapi tantangan El Nino dan perubahan iklim yang semakin tidak terduga.

Mentan Amran juga mengungkapkan pompanisasi ini sangat berdampak terhadap peningkatan Indeks Pertanaman (IP) sehingga produksi gabah kering giling (GKG) juga semakin meningkat signifikan dengan kenaikan 9,82 persen di banding tahun sebelumnya.

Plt. Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengungkapkan optimalisasi irigasi dan pengairan lahan pertanian dengan pemanfaatan pompa yang baik dan benar akan mampu meningkatkan produksi dan Indeks Pertanaman (IP) diseluruh wilayah yang terdampak el nino.

“Peninjauan dan monitoring evaluasi program pompanisasi harus terus dilakukan agar semuanya berjalan lancar dan sesuai dengan target. Ketika program pompanisasi berjalan dan sudah termanfaatkan dengan baik optimalisasi lahan juga akan meningkat sehingga hasil akhirnya panen dan produktivitasnya juga akan ikut naik” ujar Dedi

Tim Satgas Pangan BBPKH Cinagara yang di ketuai Tedy Cahyo Sulistiyo Widodo terus konsisten melakukan pemantauan dan monitoring evaluasi program pompanisasi untuk meningkatkan PAT dan IP di Kabupaten Sumedang (25-28/06).

Tim satgas darurat pangan BBPKH Cinagara kali ini memantau proses pompanisasi dibeberapa tempat salah satunya DPKP Sumedang bidang PSP ALSINTAN TR-2 Anggaran APBD sebanyak 20 unit pompa TR-2 APBD yang sudah beroprasi mengairi lahan-lahan sawah sehingga kegiatan peningkatan PAT ketahanan pangan di Kabupaten Sumedang sudah berjalan sesuai target.

Tedy bersama tim BBPKH Cinagara juga bertolak ke Desa Kudawangi Kecamatan Ujungjaya untuk memantau pemanfaatan 1 unit pompa existing berukuran 6 inch dengan pemanfaatan sumber air permukaan sungai Cimanuk.

Dalam kunjungannya Tedy bersama tim didampingi Enceng selaku ketua kelompok Poktan Kenda memonitoring luasan lahan sawah yang sudah teraliri air dengan jumlah luasan sebanyak 42 ha. Selanjutnya monitoring di Desa Maronge Kecamatan Tomo di Poktan Bina Usaha didampingi Tatang selaku ketua Poktan. Pemanfaatan pompa existing di Poktan Bina Usaha ini sebanyak 2 unit berukuran 6 dan 4 inch telah mampu mengalirkan air dari sungai cilutung ke 47 ha lahan sawah.

Tedy menuturkan dengan adanya pemanfaatan pompanisasi salah satunya di poktan Bina Usaha ini telah mampu meningkatkan IP dari bulan November dari IP-1 ke IP-2 dan sekarang sudah masuk ke IP-3. Dengan demikian Poktan Bina Usaha ini merupakan poktan dengan progres yang cukup baik oleh karenanya pada Refocusing APBN T.A 2023 Poktan Bina Usaha mendapatkan bantuan 1 unit CHS yang sudah dipakai panen bulan April – Mei 2024 , dan direncanakan akan ada pembentukan UPJA di Poktan Bina Usaha, jelas Tedy.

Diakhir kunjungannya Tedy bersama tim BBPKH melakukan monitoring dan evaluasi bersama tim PSP, perwakilan Kodim dan PJ Kabupaten Sumedang ke Poktan Cipari dengan Admu selaku ketua kelompok tani, dalam monitoring dan evaluasi terseebut Tedy berharap dengan adanya bantuan 1 unit pompa berukuran 3″ mampu berjalan dengan baik dan mampu mengairi 8,96 ha lahan sawah, sehingga mampu meningkatakan IP yang signifikan seperti di poktan Bina Usaha.

“Dengan adanya monitoring dan evaluasi ini diharapkan progres optimalisasi lahan dan kegiatan pompanisasi di kabupaten Sumedang dapat terus terkontrol dan terpantau sehingga semuanya berjalan dengan baik, cepat dan tepat, sehingga mampu mempercepat masa tanam pada bulan Juli, Agustus, September mendatang dan meningkatkan indeks pertanaman (IP) dengan signifikan ” pungkas Tedy

Mentan Amran Dampingi Presiden Tinjau Program Pompanisasi di Kotawaringin Timur

SAMPIT, (26/6) – Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman meninjau jalannya program pompanisasi di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Di sana, Presiden mengaku puas karena pompa yang dijalankan saat ini terbukti mampu memberi dampak positif pada peningkatan produksi. Mengenai hal ini, Presiden bersyukur Indonesia tetap mempertahankan produksinya di level aman. Sementara banyak negara di dunia dalam kondisi memprihatinkan. Dia yakin program pompa yang digencarkan ini dapat membawa manfaat besar khususnya bagi produksi nasional.

Read More

Tekan Biaya Produksi Padi di Kabupaten Kuningan, Kementan Andalkan Pompanisasi

KUNINGAN – Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia terus berupaya meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) yang selama ini berpotensi besar melalui program bantuan pompanisasi, khususnya di lahan sawah tadah hujan.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyampaikan bahwa, pihaknya melakukan percepatan tanam di sejumlah wilayah melalui pompanisasi. Amran optimis program pompanisasi bisa memicu aktivitas tanam di musim kedua tahun ini agar berjalan lebih cepat dan maksimal.

“Pompanisasi ini kami fokuskan di Pulau Jawa, semua kawasan sentra produksi dari Jawa Timur, Jawa Tengah, hingga Jawa Barat. Hari ini kita pompa airnya, langsung diolah lahannya dan lusa sudah bisa tanam,” kata Amran.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi juga mengungkapkan bahwa pompanisasi menjadi salah satu strategi dalam mengoptimalkan irigasi dan pengairan lahan pertanian, sehingga mampu mempercepat proses pengolahan lahan dan penanaman.

“Program pompanisasi ini harus terus difokuskan dan di monitoring secara berkala sehingga semuanya berjalan lancar dan sesuai dengan target. Ketika program pompanisasi berjalan dan sudah termanfaatkan dengan baik dimusim tanam kedua ini optimalisasi lahan juga akan meningkat, sehingga kita optimis di musim panen raya bulan September mendatang hasil panen dan produktivitasnya akan berlimpah” ujar Dedi.

Tim Satgas Pangan BBPKH Cinagara melakukan monitoring dan evaluasi Alsintan dan pemanfaatan pompanisasi di Kabupaten Kuningan, Sabtu (15/06/2024).

Salah satu lokasi monev pemanfaatan pompa air yaitu pada area sawah tadah hujan yang berada di Kecamatan Ciwaru dan Karangkancana Kabupaten Kuningan.

Bantuan pompa sebanyak 8 unit yang terbagi kedalam dua wilayah kecamatan yaitu Ciwaru dan Karangkancana. Salah satu Kelompoktani yang memperoleh bantuan pompa di Desa Segong mengakui bahwa, setelah adanya bantuan pompa air dari Kementan biaya produksi menjadi lebih rendah.

Udin Saripudin, ketua kelompok tani Cipanas I mengungkapkan bawah selama ini ketika memasuki musim tanam kedua khususnya saat kemarau tiba, kelompoknya membentuk dam parit untuk mengairi sawah tadah hujan agar kebutuhan air saat tanam tetap terpenuhi.

“Pada saat itu membutuhkan biaya tidak kurang dari Rp.600.000,- per Hektar. Namun setelah menerima bantuan pompa air dari Kementan, biaya pengairan sawah bisa ditekan menjadi Rp.200.000,- per Hektar sehingga lebih efisien” jelas Udin.

Hal tersebut didukung oleh penyuluh dari UPTD Ketahanan Pangan dan Pertanian Kecamatan Ciwaru yang sangat bersyukur atas Program Pompanisasi dari Kementerian Pertanian. Karena melalui program Pompanisasi IP pada sawah tadah hujan di wilayah Kecamatan Ciwaru dan Karangkancana tetap terjaga dan optimis akan meningkat dari IP 100 ke IP 200 bahkan menjadi IP 300.

Kolaborasi Tim Satgas Pangan BBPKH Cinagara dengan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian serta Kodim 0615 Kabupaten Kuningan optimis target PAT akan tercapai dan IP akan meningkat melalui optimalisasi pemanfaatan Alsintan dan Pompanisasi Kementan tahun 2024.

Jaga Ketahanan Pangan dalam 30th AWGATE Meeting, Kementan Gandeng Negara ASEAN Tingkatkan Kapasitas SDM

JAKARTA – Kementerian Pertanian terus berupaya menjaga ketahanan pangan nasional dan regional Asean. Bersama dengan negara-negara ASEAN lainnya yang terjalin dalam ASEAN Sectoral Working Group On Agricultural Training And Extension (AWGATE) berfokus terhadap penyuluhan dan pelatihan sumber daya manusia pertanian.

Menurut Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, pemerintah Indonesia menegaskan komitmen dukungan terhadap program strategis ASEAN, utamanya dalam mengatasi berbagai tantangan terkait ketahanan pangan.

“Pemerintah Indonesia khususnya Kementerian Pertanian mendukung program ASEAN dalam Ketahanan Pangan termasuk upaya meningkatkan produksi pangan untuk menjamin kecukupan pasokan pangan jangka panjang, serta meningkatkan kapasitas SDM Pertanian, ” tegas Amran.

Hal ini didukung juga dengan pernyataan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi “Dalam Working Group AWGATE, Indonesia berusaha aktif mendukung program dan rencana kerja Asean dalam penyuluhan pertanian dan pelatihan sumber daya manusia pertanian, ” ujar Dedi.

“Pada Tahun 2023 kami melaksanakan amanat AWGATE, berupa pelatihan Asean Online Animal Husbandry and Health Management yang diselenggarakan BBPKH Cinagara dan Pertukaran Petani Milenial negara anggota AWGATE ” tambah Dedi.

Upaya yang dilakukan Indonesia ini mendapatkan respon positif dari sekretariat ASEAN dan negara anggota ASEAN dalam The 30th Meeting Of The ASEAN Sectoral Working Group On Agricultural Training And Extension (AWGATE) yang diselenggarakan virtual oleh Malaysia pada tangal 10-12 Juni 2024. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Focal Point AWGATE, Siti Munifah aktif menyampaikan progres yang dilakukan Indonesia pada tahun 2023, rencana kerja 2024 dan 2025. Delegasi Indonesia meliputi Pusat Pelatihan Pertanian, Pusat Penyuluhan Pertanian, Pusat Pendidikan Pertanian, BBPKH Cinagara Bogor, dan BBPP Lembang.

“Alhamdulillah Indonesia mendapatkan apresiasi positif dari sekretariat ASEAN dan negara anggota lainnya karena telah aktif dan menjadi satu-satunya anggota yang menjalankan program yang direncanakan dalam AWGATE meeting sebelumnya. Indonesia berkomitmen untuk terus mendukung program AWGATE ke depannya dalam menjaga ketahanan pangan” ujar Munifah. (RHB)

Dongkrak Kompetensi SDM Pertanian, Kementan Pacu Semangat Widyaiswara

KETINDAN – Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) berkomitmen untuk mendukung kemajuan pertanian Indonesia melalui berbagai bentuk peningkatan kompetensi SDM Pertanian. Tidak terkecuali bagi widyaiswara yang menjadi pengajar dalam pelatihan di balai-balai pelatihan lingkup Kementan.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman pada berbagai kesempatan mengatakan sektor pertanian akan lebih optimal jika dikembangkan dengan sentuhan teknologi dan inovasi.

Sejalan dengan semangat itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menegaskan bahwa transformasi pertanian menjadi suatu keharusan dalam peningkatan produksi pertanian.

Widyaiswara selaku ASN yang bertugas dalam penyelenggaraan pelatihan, pengembangan pelatihan, dan penjaminan mutu pelatihan, wajib meningkatkan kompetensinya, harus dapat menjalankan fungsi dan tugas jabatan pengembangan kapasitas SDM secara efektif dan efisien.

Dalam kegiatan pembinaan widyaiswara yang dilaksanakan secara hybrid dari Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan pada Selasa (04/06), Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengatakan seorang widyaiswara dituntut memiliki strategi dalam mengikuti arus revolusi industri 4.0, terlebih widyaiswara pertanian.

“Seorang widyaiswara harus dapat menjadi perwujudan smart ASN, sekaligus harus mampu memfasilitasi geliat masyarakat pertanian dengan segala tantangan yang dihadapi ke depan”, sebut Dedi.

Widyaiswara dan penyuluh pertanian wajib membuat petani tersenyum serta membahagiakan petani.

“Petani akan tersenyum bilamana produk yang dihasilkan dibeli dan laku di pasar. Untuk itu kita wajib meningkatkan daya saing dari produk pertanian, sehingga mampu bersaing dengan produk-produk luar. Pastikan produk yang akan dihasilkan oleh petani kita memiliki peluang pasar yang besar dengan harga yang tinggi”. perkuat market inteligent dan kontrak farming, pesan Dedi.

Dedi menambahkan selain soal harga, petani juga harus meningkatkan produktivitas pertanian. Pilih benih dan varietas unggul dan terapkan smart farming sehingga produktivitas meningkat dan kualitas pun terjaga namun dengan harga produksi pertanian (hpp) yang rendah.

Oleh karena itu, widyaiswara wajib fokus pada kegiatan-kegiatan strategis dengan berkolaborasi, terus mengembangkan kompetensi sesuai jaman untuk berada di garda terdepan membantu mengatasi masalah-masalah pangan bangsa Indonesia.

Sementara Kepala Pusat Pelatihan Pertanian (Kapuslatan) Muhammad Amin dalam laporannya mengatakan jumlah widyaiswara saat ini berjumlah 183 orang yang terdiri dari widyaiswara utama sebanyak 12 orang, widyaiswara madya sebanyak 74 orang, widyaiswara muda sebanyak 68 orang, dan widyaiswara pertama sebanyak 29 orang.

Kegiatan pembinaan ini dihadiri widyaiswara BBPP Ketindan dan Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu, Kepala BBPP Ketindan, BBPP Batu, Direktur Polbangtan Malang serta widyaiswara lingkup BPPSDMP seluruh Indonesia secara online.

“Setelah kegiatan ini diharapkan widyaiswara dapat meningkatkan kompetensi masing- masing agar mampu melaksanakan tugas dengan baik -baiknya dan dapat berkontribusi dalam peningkatan kualitas penyelenggaraan pelatihan pertanian hingga pada akhirnya petani dapat tersenyum bahagia”, tutup Amin.

Skip to content