Skip to content Skip to left sidebar Skip to footer




Berita

Kenalkan Dunia Ternak Sejak Dini, BBPKH Cinagara Dorong Regenerasi Petani-Peternak

Bogor, 14 Mei 2025 – Suasana ceria dan semangat belajar terlihat jelas dari wajah-wajah kecil siswa PAUD Mentari Cigombong saat mengunjungi Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan (BBPKH) Cinagara dalam kegiatan wisata edukasi peternakan.
Sebanyak 29 siswa dan 4 guru pendamping PAUD Mentari Cigombong tiba di BBPKH Cinagara dan disambut langsung oleh Kepala BBPKH Cinagara, drh. I Gusti Made Ngurah Kuswandana, M.M. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa edukasi sejak dini tentang dunia peternakan penting untuk menanamkan kecintaan terhadap hewan serta pemahaman dasar tentang pertanian dan ketahanan pangan.
“Kami senang bisa menerima kunjungan dari generasi penerus bangsa ini. Harapannya, pengalaman langsung berinteraksi dengan hewan ternak seperti ini bisa menjadi bekal berharga bagi anak-anak. Karena regenerasi petani peternak harus sudah dibina sejak dini,” ujar drh. Kuswandana.
Dalam kunjungan yang penuh antusiasme ini, para siswa diajak untuk mengenal berbagai jenis hewan ternak seperti kambing, sapi, dan ikan lele. Mereka juga diberi kesempatan memberi makan dan menyusui hewan, momen yang sangat disukai anak-anak karena dapat berinteraksi langsung dengan hewan ternak dalam suasana aman dan menyenangkan.

Tak hanya itu, siswa juga dikenalkan dengan produk olahan hasil peternakan, seperti yoghurt, yang bisa mereka cicipi dan pelajari proses pembuatannya secara sederhana. Kegiatan ini tidak hanya menyenangkan, tapi juga memperluas wawasan siswa tentang manfaat hewan ternak bagi kehidupan manusia.
Guru pendamping dari PAUD Mentari menyampaikan apresiasi atas sambutan hangat dan pengalaman berharga yang diberikan BBPKH Cinagara. “Anak-anak sangat antusias dan belajar banyak hal baru hari ini. Kegiatan ini sangat positif dan kami berharap bisa kembali lagi,” ujar Ibu Neneng, guru PAUD Mentari.
Dengan kegiatan seperti ini, BBPKH Cinagara membuktikan komitmennya dalam mendukung edukasi lintas usia, termasuk anak usia dini, untuk lebih mengenal dunia peternakan secara menyenangkan dan inspiratif (/RHB).

Kementerian Pertanian dan PAVETI Perpanjang Aliansi Strategis: Revolusi Paramedik Veteriner Dimulai!

Bogor, 15 Mei 2025 – Langkah besar kembali diambil dunia kesehatan hewan Indonesia! Kementerian Pertanian melalui Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan (BBPKH) Cinagara dan Perkumpulan Paramedik Veteriner Indonesia (PAVETI) resmi memperpanjang perjanjian kerja sama yang selama ini telah menjadi motor penggerak peningkatan kualitas paramedik veteriner di Indonesia.

Perpanjangan kerja sama ini diteken langsung oleh Kepala BBPKH Cinagara, Drh. I Gst. Made Ngr. Kuswandana, M.M., dan Ketua Umum DPP PAVETI, Wijayati Andadari, SE, di Cinagara, Bogor. MoU ini bukan sekadar seremoni – ini adalah sinyal kuat bahwa dua institusi besar kembali berkolaborasi untuk menciptakan revolusi kompetensi di bidang kesehatan hewan.

“Ini bukan kerja sama biasa. Ini adalah misi bersama untuk mencetak paramedik veteriner tangguh yang siap terjun ke lini depan dunia peternakan dan kesehatan hewan,” tegas Kuswandana.

Dengan semangat baru dan komitmen yang semakin menguat, BBPKH dan PAVETI akan melanjutkan pelatihan dan sertifikasi kompetensi bagi paramedik veteriner, memperbarui materi ajar sesuai perkembangan zaman, serta memastikan standar mutu pelatihan tetap pada level tertinggi.

“PAVETI tidak akan kompromi soal kualitas. Bersama BBPKH, kami ingin SDM paramedik Indonesia menjadi yang terbaik dan kompeten,” ujar Wijayati dengan penuh optimisme.

Tak hanya pelatihan, kerja sama ini juga menyasar penguatan kelembagaan, optimalisasi sarana pelatihan, hingga evaluasi berkala untuk menjamin output yang konkret dan berdampak nyata di lapangan. Tiga tahun ke depan akan menjadi momentum emas. Dunia paramedik veteriner harus bersiap – karena BBPKH dan PAVETI akan membawa gelombang baru transformasi.

BBPKH Cinagara akan berperan sebagai penjamin mutu pelatihan dan penyedia narasumber, sedangkan PAVETI bertugas merancang dan melaksanakan pelatihan, serta mendampingi peserta secara aktif selama proses sertifikasi berlangsung.

Melalui kemitraan strategis ini, diharapkan akan lahir paramedik veteriner yang lebih kompeten dan siap menghadapi tantangan kesehatan hewan nasional maupun global. Kolaborasi ini juga merupakan bagian dari agenda besar Kementerian Pertanian dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan hewan demi mendukung ketahanan pangan dan kesejahteraan peternak (/RHB).

Kementan Gandeng Kemenkes Latih Ratusan Tenaga One Health untuk Pengendalian Zoonosis

Bogor ,06 Mei 2025 – Guna memperkuat upaya pengendalian penyakit zoonotik di Indonesia, Kementerian Pertanian melalui Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan (BBPKH) Cinagara bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan menyelenggarakan pelatihan daring nasional bertajuk MOOC (Massive Open Online Course) Pelatihan Dasar Pengendalian Zoonosis dengan Pendekatan One Health. Pelatihan ini berlangsung selama 05 hingga 25 Mei 2025 dan menyasar tenaga kesehatan hewan dari seluruh Indonesia.

Program ini dirancang untuk meningkatkan kapasitas tenaga medis veteriner, paramedik veteriner, serta tenaga kesehatan manusia dan lingkungan dalam menghadapi penyakit zoonotik secara lintas sektor melalui pendekatan One Health. Pendekatan ini menekankan pentingnya integrasi antara aspek kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan untuk mencegah dan merespons wabah secara efektif.

Pelatihan yang diikuti oleh 282 peserta terverifikasi ini menggunakan platform digital Pinter Tani dan Pelataran Sehat, memungkinkan peserta untuk belajar secara fleksibel dan mandiri dari mana saja. Sebelumnya terdapat 423 calon peserta dari seluruh Indonesia yang mendaftar.

Kepala BBPKH Cinagara, drh. IGMN Kuswandana, menyatakan bahwa pelatihan ini merupakan wujud konkret dari kolaborasi antarsektor dalam menanggulangi zoonosis.

“Pelatihan ini menjadi wadah penting untuk membekali tenaga kesehatan dengan pemahaman menyeluruh tentang pendekatan One Health. Dengan sinergi antara kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan, kita bisa lebih efektif dalam mencegah dan mengendalikan penyakit zoonotik di lapangan,” ujar drh. IGMN Kuswandana, MM.

MOOC ini memiliki sejumlah keunggulan, di antaranya: 1. Tanpa biaya (gratis) berkat kerja sama Kementerian Pertanian dan Kementerian Kesehatan; 2. Fleksibel, dapat diakses kapan saja selama masa pelatihan (5–25 Mei 2025);3. Metode mandiri berbasis digital, memudahkan peserta mengatur waktu belajar sendiri; 4.Sertifikasi ganda, peserta yang lulus akan memperoleh 2 sertifikat resmi dari dua kementerian; 5. Akses materi yang lengkap dan praktis, termasuk video pembelajaran, artikel, dan kuis. Dengan pendekatan ini, diharapkan tenaga kesehatan di berbagai daerah dapat memiliki akses yang merata terhadap peningkatan kompetensi, tanpa terkendala oleh jarak maupun waktu (/RHB).

Kunjungan Mahasiswa UVBN ke BBPKH Cinagara: Membangun Kolaborasi, Menyemai Inspirasi

Bogor – Sebanyak 87 mahasiswa dan dosen Program Studi Peternakan Universitas Veteran Bangun Nusantara (UVBN) Sukoharjo, Jawa Tengah melaksanakan kunjungan ilmiah ke Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan (BBPKH) Cinagara pada Selasa (29/4/2025). Kunjungan diawali dengan sambutan hangat dari pihak BBPKH dan perkenalan tentang profil serta program pelatihan dan sertifikasi kompetensi yang ditawarkan.

Dalam sambutannya, Kepala Kelompok Program dan Evaluasi BBPKH Cinagara, Bapak Apandi, S.TP, M.Sc menyampaikan bahwa BBPKH sangat terbuka untuk membangun sinergi dengan dunia pendidikan.

“BBPKH Cinagara membuka kesempatan kerja sama seluas-luasnya, baik dalam bidang pelatihan, penelitian, maupun pengembangan sumber daya manusia di bidang kesehatan hewan dan peternakan. Kami berharap kunjungan ini menjadi awal dari kolaborasi yang berkelanjutan,” ujar Apandi.

Ketua Prodi Peternakan UVBN, Dra. Sri Sukaryani, MP, mengungkapkan rasa senangnya atas kesempatan ini. Ia berharap kunjungan ini dapat membuka jalan untuk kerja sama lebih lanjut di bidang pendidikan dan pelatihan.

Agenda kunjungan mencakup tur langsung ke fasilitas peternakan, seperti unit Opal, kandang sapi perah, serta kandang kambing dan domba. Mahasiswa tampak antusias mengikuti setiap sesi, bertanya aktif dalam diskusi ilmiah, serta terlibat langsung dalam pengamatan praktik manajemen peternakan.

“Mahasiswa sangat antusias, ini pengalaman nyata yang tidak tergantikan di ruang kuliah,” kata Sri Sukaryani.

Kegiatan diakhiri dengan sesi foto bersama sebagai bentuk kenangan dari kunjungan yang penuh inspirasi ini. BBPKH Cinagara dan UVBN sepakat untuk menjajaki lebih banyak peluang kolaborasi, memperkuat hubungan antara dunia pendidikan tinggi dan industri peternakan nasional(/RHB).

Diplomasi Lewat Peternakan: BBPKH Cinagara Jadi Magnet Inovasi untuk Fiji

Bogor, 25 April 2025 — Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan (BBPKH) Cinagara menerima kunjungan kehormatan dari delegasi Kementerian Pertanian Republik Fiji dalam rangka studi banding dan penjajakan kerja sama di bidang pelatihan dan pengembangan sektor peternakan. Kunjungan ini merupakan bagian dari rangkaian kerja sama antarnegara yang difasilitasi oleh Kementerian Pertanian RI melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP). Delegasi yang beranggotakan lima orang ini disambut secara resmi oleh Kepala Bagian Umum BBPKH Cinagara beserta unsur pimpinan dan para widyaiswara. Kegiatan ini turut didampingi oleh perwakilan dari Bagian Kerja Sama Luar Negeri Kementerian Pertanian Republik Indonesia serta Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.

Dalam rangkaian kunjungan, para delegasi diperkenalkan secara langsung dengan berbagai program pelatihan yang dilaksanakan di BBPKH Cinagara. Acara diawali dengan sambutan selamat datang yang disampaikan oleh Ibu Wilmy Rahmah Wirondas selaku Ketua Kelompok Penyelenggara Pelatihan mewakili Kepala BBPKH Cinagara, pemaparan profil lembaga yang disampaikan oleh drh. Fera Aryanti, dan dilanjutkan dengan diskusi yang dimoderatori oleh drh. Dwi Windiana. Acara dilanjutkan dengan demonstrasi praktik pengolahan hasil peternakan seperti yoghurt dan bakso, serta kegiatan diskusi yang membahas berbagai isu strategis dalam pengembangan peternakan.

Diskusi juga menyoroti pentingnya pelatihan sebagai sarana peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan penguatan inovasi di sektor pertanian dan peternakan. Beragam inovasi dan pendekatan pelatihan yang diterapkan oleh BBPKH Cinagara mendapatkan perhatian khusus dari para delegasi, antara lain pelatihan inseminasi buatan, budidaya peternakan, pemanfaatan biogas, serta penerapan konsep smart farming.

Dalam sambutannya, perwakilan delegasi Fiji, Mr. Chanel Berlin Alfred, menyampaikan apresiasi yang tinggi atas sambutan hangat dan penyelenggaraan kunjungan yang informatif. Ia juga mengungkapkan ketertarikan delegasi terhadap inovasi pelatihan yang dikembangkan oleh BBPKH Cinagara.

“Kami sangat mengapresiasi keramahan yang kami terima dan merasa terinspirasi oleh berbagai program pelatihan dan inovasi yang ditampilkan. Pendekatan yang diterapkan BBPKH Cinagara sangat relevan dan potensial untuk diadopsi dalam pengembangan sektor peternakan di Fiji,” ujar Mr. Chanel.

Kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Fiji, khususnya dalam bidang pertanian dan peternakan, serta membuka peluang kolaborasi yang lebih luas di masa mendatang (/RHB).

Kolaborasi BBPK Ciloto Dan BBPKH Cinagara Dalam Peningkatan Kapasitas SDM Untuk One Health

        Mendukung implementasi Permenko PMK no 7 tahun 2022 tentang pedoman pencegahan zoonosis dan penyakit infeksi baru serta hasil rangkaian pertemuan kegiatan pemetaan dan rekomendasi strategi pengembangan sumberdaya manusia (SDM) untuk one health, yang telah memetakan bahwa Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) Ciloto merupakan lembaga pelatihan yang memberikan kontribusi besar terhadap peningakatan kapasitas SDM untuk one health dari sisi sektor kesehatan manusia. Sementara Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan (BBPKH) Cinagara masih dinyatakan rendah kontribusinya terhadap peningakatan SDM untuk one health dari sisi sektor kesehatan hewan. Merujuk pada kondisi tersebut BBPKH Cinagara melakukan koordinasi sekaligus berkolaborasi dengan BBPK Ciloto dalam peningkatan kapasitas SDM melalui pelatihan one health menggunakan platform Massive Open Online Course (MOOC).

Koordinasi dilakukan pada tanggal 14 Januari 2025 di BBPK Ciloto. Hadir pada pertemuan, kedua Kepala Balai, yaitu Bapak Sjamsul Arifin, SKM, M.Epid sebagai Kepala BBPK Ciloto dan drh. I Gst Made Ngr Kuswandana, MM sebagai Kepala BBPKH Cinagara. Kedua tim one health dari kedua Balai hadir mendampingi bersama Kepala Balai masing-masing. Pada sesi setelah Kepala Balai menyampaikan sambutan dan maksud kunjungan dilanjutkan dengan presentasi Bapak Tri Budi, S.Pd, M.KM sebagai fungsional pengembang teknologi pembelajaran (PTP) yang memaparkan tentang self learning, platform MOOC serta implementasi MOOC pada penyelenggaraan pelatihan.

Guna menambah alumni pelatihan one health BBPKH Cinagara, pada akhir diskusi, Bapak Syamsul Arifin berkomitmen dan mengizinkan untuk menambah rumah pada platform MOOC BBPK Ciloto yaitu Kelas Kementerian Pertanian (Kementan). Peserta pendaftar yang memiliki pendidikan formal dokter hewan atau paramedik veteriner, akan masuk dalam proses pembelajaran di kelas Kementan yang sekaligus terhitung sebagai output jumlah alumni peserta pelatihan BBPKH Cinagara. Pertemuan ditutup dengan ucapan terima kasih dan saling tukar kenang-kenangan antar kedua Kepala Balai.

Kementan Kolaborasi Bersama INDOHUN, Wujudkan Pencegahan Zoonosis

CINAGARA – Wujudkan pencegahan dan pengendalian zoonosis dan penyakit infeksius baru, Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan (BBPKH) Cinagara bersama Indonesia One Health University Network (INDOHUN) menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) atau Nota Kesepahaman mengenai progam pelatihan, penyusunan materi pembelajaran lintas sektor dengan pendekatan one health. Kegiatan ini berlangsung di BBPKH Cinagara pada Senin (09/09/2024).

Bentuk nyata dukungan Kementerian Pertanian dalam menangani penyakit-penyakit zoonosis infeksius dengan menerbitkan Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor 39 tahun 2023 tentang Pelayanan Minimal Zoonosis Prioritas.

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman mengatakan penerbitan aturan ini sebagai bentuk langkah nyata Kementan dalam menangani persoalan kesehatan hewan yang sejatinya masuk dalam tupoksi Kementerian Pertanian, untuk mendukung sektor pertanian peternakan, dan kesehatan masyarakat.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Idha Widi Arsanti mengungkapkan pihaknya akan terus turut berperan aktif dalam penanganan penyakit-penyakit zoonosis dengan berfokus pada pengembangan dan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia pertanian melalui berbagai program-program pelatihan spesifik.

Penandatanganan MoU dihadiri oleh Koordinator INDOHUN, Agus Suwandono, wakil koordinator Joko Pamungkas sedangkan dari BBPKH Cinagara dihadiri oleh Kepala Balai Besar I GST. Made NGR. Kuswandana, berserta widyaiswara, Dwi Windiana, Nia Setiawati, Fera Aryanti, dan Wisnu Jaka Dewa.

Penandatanganan MoU ini merupakan kelanjutan dari kerjasama sebelumnya yang sudah terjalin selama lima tahun sejak 2018.

INDOHUN merupakan jejaring universitas yang terdiri dari 34 fakultas yang mewakili bidang kesehatan dengan tiga disiplin ilmu utama yakni kedokteran, kedokteran hewan, serta kesehatan masyarakat dan berfokus pada penyakit zoonotik. Dalam kerjasama selama lima tahun, INDOHUN telah membawa BBPKH Cinagara berperan dan terlibat aktif dalam berbagai kegiatan one health nasional.

Kegiatan bersama INDOHUN yang telah dilaksanakan, antara lain peningkatan SDM melalui penyelenggaraan pelatihan one health, penyusunan kurikulum dan penyusunan modul one health, yaitu modul pelatihan penanggulangan zoonosis dengan pendekatan one health untuk pengelola program zoonosis di Provinsi/Kabupaten/Kota dan pelatihan investigasi KLB/wabah terpadu dengan pendekatan one health bagi petugas epidemiologi lapangan.

I Gusti Made Ngurah Kuswandana mengungkapkan dengan adanya kolaborasi antara BBPKH Cinagara dengan INDOHUN penanganan zoonosisi sudah terpetakan.

“Bagaimana penanganan, manajemen krisis terhadap kasus-kasus zoonosis dan infeksi baru ini benar-benar sudah terpetakan dengan baik yang membuat saya tertarik dan ingin terus mendalami,” ujar Made.

“Saya berharap semua widyaiswara harus bisa terlibat disana, mari kita sama2 terus berkolaborasi karena masalah zoonosis ini menyangkut kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat, tidak bisa kita selesaikan sendiri, lewat INDOHUN inilah salah satu cara kita untuk terus brkolaborasi dalam penanganan penyakit-penyakit zoonosis di Indonesia,” imbuh Made.

Dwi Windiana widyaiswara BBPKH Cinagara berharap dengan adanya keberlanjutan penandatanganan kedua ini, menjadi salah satu program INDOHUN dan BBPKH Cinagara yang akan terus berfokus pada penangananan keterkaitan rantai pangan dan lingkungan dengan pendekatan secara lintas sektor berbasis koordinasi, komunikasi, kooperasi, dan kolaborasi.

Kejar Swasembada Pangan, Kementan Tak Kendor Pantau Progres Pompanisasi dan PAT di Kabupaten Kuningan

Ditengah tantangan perubahan iklim, El Nino, krisis pangan dan ancaman kelaparan yang tengah di hadapi Indonesia, Kementerian Pertanian terus berupaya untuk menggenjot produktivitas komoditas padi dengan beragam program yang salah satunya yaitu pompanisasi dan PAT untuk dapat mencapai swasembada pangan masa depan. Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengajak semua pihaknya dan jajarannya untuk dapat bekerjasama dan berkolaborasi untuk mewujudkan swasembada pangan tersebut.

“Kita harus berjibaku, harus bergandeng tangan dan berkolaborasi untuk mencapai swasembada pangan ke depan”, ujar Mentan.

Plt Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, dalam berbagai kesempatan, mengatakan bahwa seluruh pemangku kepentingan harus bahu membahu meningkatkan produksi padi, di antaranya dengan memaksimalkan dan mengakselerasi pompanisasi.

“Pompanisasi dapat menjadi solusi cepat untuk meningkatkan produksi padi, terlebih ketika menghadapi musim kemarau. Masalahnya tadah hujan jika kemarau airnya tidak ada. Karenanya kita genjot pompanisasi untuk meningkatkan produksi,” kata Dedi.

Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan Cianagara sebagai salah satu UPT dibawah BPPSDMP terus berkolaborasi dan mengakselerasikan program pemanfaatan pompanisasi dan PAT di kabupaten Kuningan. Tim PJ BBPKH Cinagara terus koordinasi dengan dinas TKPP Kab. Kuningan terkait sinkronasi data laporan PAT pada 7-8/08/2024.

Dari hasil sinkronisasi dan koordinasi di beberapa Kecamatan di kabupaten Kuningan progress realisasi pompanisasi mencapai 50-70% sudah⁠ tersedia rumah pompa dan bak-bak penampungan. Total potensi layanan pompanisasi di Kabupaten Kuningan dari beberapa Kecamatan dan Desa seluas 135 Ha. Dengan rincian 15 Ha di Kecamatan Garawangi, 20 Ha di Kecamatan Luragung, 20 Ha di Kecamatan Maleber, 30 Ha di Desa Parakan, 15 Ha Desa Cieurih, dan 20 Ha di Desa Susukan.

Progress pompanisasi dan PAT di Kabupaten Kuningan juga telah mampu meningkatkan indek pertanaman di beberapa tempat seperti di Kecamatan Luragung yang naik dari IP 2 ke IP3, Desa Kutamandala, Desa Parakan, Desa Cieurih, dan Desa Sususkan dari IP1 naik ke IP2.

Kandang Komunal Kambing/Domba

Kandang Komunal Kambing/Domba

Oleh : Dayat Hermawan (Widyaiswara Madya)

 

Gambar 32. Kandang Kambing/Domba (Sumber : Dokumen Pribadi)

Latar Belakang

Kandang adalah istilah yang umumnya digunakan untuk merujuk pada tempat atau ruang terbatas yang dirancang khusus untuk menahan atau menyimpan hewan. Kandang dapat berupa struktur sederhana, seperti kandang kayu untuk hewan peliharaan di rumah, atau struktur yang lebih kompleks seperti kandang di peternakan atau fasilitas pemeliharaan hewan.

Kandang biasanya dirancang untuk memberikan lingkungan yang aman dan nyaman bagi hewan tersebut. Desain kandang dapat bervariasi tergantung pada jenis hewan yang dipelihara, tujuan pemeliharaan, dan faktor-faktor lain seperti iklim dan lingkungan.

Secara umum, kandang dapat digunakan untuk berbagai tujuan, termasuk:

  1. Pemeliharaan Hewan Peliharaan

Kandang digunakan untuk menjaga hewan peliharaan seperti anjing, kucing, kelinci, dan lainnya agar tetap aman dan terkendali.

  • Peternakan

Kandang di peternakan digunakan untuk menyimpan dan mengelola hewan ternak seperti sapi, domba, kambing, ayam, dan lainnya. Kandang di peternakan dirancang untuk memenuhi kebutuhan khusus hewan-hewan tersebut.

  • Pertanian

Pada pertanian, kandang dapat digunakan untuk menyimpan hewan-hewan yang digunakan dalam pekerjaan pertanian atau sebagai bagian dari sistem pertanian tertentu.

  • Penelitian

Kandang juga dapat digunakan dalam konteks penelitian untuk menyelidiki perilaku atau karakteristik hewan tertentu.

Penting untuk memastikan bahwa kandang dirancang dengan memperhatikan kesejahteraan hewan, termasuk kebutuhan makanan, air, ruang gerak, dan kondisi lingkungan yang sesuai. Kandang yang baik dapat membantu menjaga kesehatan dan kesejahteraan hewan yang dipelihara di dalamnya.

Manfaat dan Fungsi Kandang

Kandang ternak memiliki berbagai manfaat dan fungsi yang penting untuk keberhasilan usaha peternakan. Berikut adalah beberapa di antaranya:

  1. Keamanan dan Proteksi
  2. Kandang harus menyediakan lingkungan yang aman dan terkendali untuk ternak, melindungi ternak dari predator dan potensi bahaya lainnya.
  3. Mencegah ternak keluar dari area yang berbahaya atau potensial menyebabkan cedera.
  4. Manajemen Populasi
  5. Membantu dalam mengatur dan mengelola populasi ternak dengan baik.
  6. Memisahkan ternak berdasarkan jenis kelamin, usia, kondisi kesehatan, atau kondisi fisiologis untuk menghindari perkawinan silang yang tidak diinginkan atau penyebaran penyakit.
  7. Pengendalian Lingkungan
  8. Memungkinkan pengaturan mikroklimat untuk ternak, termasuk suhu, kelembaban, ventilasi, dan cahaya.
  9. Memberikan perlindungan dari cuaca ekstrem seperti hujan, angin, atau panas yang berlebihan.
  10. Pengaturan Pakan
  11. Memudahkan pemberian pakan yang terkendali dan terukur.
  12. Memungkinkan pemisahan ternak berdasarkan kebutuhan nutrisi atau kondisi kesehatan.
  13. Manajemen Kesehatan
  14. Memudahkan pemantauan kesehatan ternak dan penanganan medis jika diperlukan.
  15. Mencegah penyebaran penyakit melalui isolasi ternak yang sakit.
  16. Efisiensi Produksi
  17. Meningkatkan efisiensi produksi dengan pengendalian yang lebih baik terhadap berbagai aspek seperti reproduksi, pertumbuhan, dan pemberian pakan.
  18. Mengurangi risiko stres pada ternak, yang dapat mempengaruhi produksi dan kesehatan.
  19. Manajemen Limbah
  20. Memungkinkan pengumpulan lumpur dan pupuk ternak untuk digunakan sebagai pupuk organik dalam pertanian.
  21. Membantu dalam pengelolaan limbah ternak, seperti kotoran dan urin, untuk mengurangi dampak lingkungan.
  22. Kotoran padat dan cair digunakan sebagai bahan baku pupuk, baik pupuk padat, pupuk cair, dan biogas.
  23. Peningkatan Kualitas Produk

Dengan memberikan lingkungan yang baik dan pakan yang terkontrol, kandang dapat berkontribusi pada peningkatan kualitas produk seperti daging, susu, atau telur.

  • Pengendalian Akses

Mengontrol akses ternak ke area tertentu, mencegah overgrazing pada padang penggembalaan (ranch), kebun hijauan pakan ternak, atau kerusakan lahan lainnya.

Penting untuk dicatat bahwa desain dan manfaat kandang dapat bervariasi tergantung pada jenis ternak yang dipelihara dan tujuan peternakan. Faktor-faktor seperti ukuran kandang, material konstruksi, dan perawatan harian juga memainkan peran penting dalam keberhasilan sistem peternakan.

Jenis Atau Model Kandang

Ada beberapa jenis atau model kandang ternak kambing dan domba yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan. Berikut adalah beberapa model kandang yang umum digunakan:

  1. Kandang Tetap (Fixed Pens)
  2. Kandang Pagar Kayu atau Bambu. Kandang sederhana dengan dinding pagar kayu atau bambu yang tetap. Cocok untuk lingkungan pedesaan dengan sumber daya terbatas.
  3. Kandang Batako atau Bata. Kandang dengan dinding dari bata atau batako yang tetap. Memberikan keamanan dan perlindungan yang baik.
  4. Kandang Kombinasi. Kombinasi material seperti kayu, bambu, dan bahan lainnya untuk menciptakan kandang yang kokoh dan fungsional.
  • Kandang Bergerak (Mobile Pens)
  • Trailer Kambing. Kandang yang dapat dipindahkan dengan roda atau traktor. Ini memungkinkan penggembalaan rotasional dan pengelolaan lahan yang lebih baik.
  • Pens Portabel. Kandang portabel yang mudah dipindahkan dan biasanya terbuat dari bahan ringan seperti baja atau kayu.
  • Kandang Semi-Intensif
  • Kandang Pola Lantai Beton. Kandang dengan lantai beton yang memudahkan pemeliharaan dan kebersihan, biasanya digunakan di area yang padat penduduk.
  • Kandang dengan Atap. Kandang yang dilengkapi atap untuk memberikan perlindungan dari cuaca ekstrem.
  • Kandang Intensif
  • Kandang Dalam (Stall Fed Systems). Kandang intensif dengan pemberian pakan terkontrol dan manajemen kesehatan yang ketat. Cocok untuk produksi yang intensif.
  • Kandang Susu. Kandang khusus untuk produksi susu dengan fasilitas seperti stanchion atau tempat pembibitan.
  • Kandang Semi-Konvensional
  • Kandang Sistem Pens Buka. Kandang dengan pintu terbuka yang memberikan akses ke padang rumput atau area penggembalaan.
  • Kandang Kombinasi. Penggunaan kombinasi dari beberapa model di atas untuk memenuhi kebutuhan spesifik dan memaksimalkan kesejahteraan ternak.

Pemilihan jenis kandang akan tergantung pada beberapa faktor seperti iklim, topografi, skala usaha, tujuan pemeliharaan, dan sumber daya yang tersedia. Penting untuk memastikan bahwa kandang yang dipilih dapat memberikan kondisi yang nyaman dan sehat bagi kambing dan domba.

Kandang Komunal

Kandang komunal biasanya merujuk kepada fasilitas atau tempat di mana sekelompok hewan, seperti ternak atau hewan peliharaan, ditempatkan bersama-sama dalam satu area. Konsep ini sering digunakan dalam konteks pertanian atau peternakan di mana sejumlah hewan yang dimiliki oleh beberapa pemilik atau peternak ditempatkan dalam satu tempat yang sama untuk tujuan manajemen yang lebih efisien.

Kandang komunal dapat memiliki beberapa keuntungan, seperti efisiensi penggunaan ruang, pemantauan yang lebih mudah, dan kemudahan pengelolaan sumber daya. Namun, perlu diperhatikan bahwa kandang komunal juga dapat menimbulkan risiko, seperti penyebaran penyakit dengan cepat jika tidak dikelola dengan baik.

Penerapan kandang komunal dapat bervariasi tergantung pada jenis hewan, tujuan peternakan, dan praktik manajemen yang diterapkan oleh pemilik atau pengelola. Selain itu, aspek kesejahteraan hewan dan kepatuhan terhadap standar peternakan yang berlaku juga perlu diperhatikan dalam penggunaan kandang komunal.

Kelebihan Kandang Komunal

Kandang komunal memiliki beberapa kelebihan, terutama dalam konteks peternakan dan pemeliharaan hewan. Berikut adalah beberapa kelebihan kandang komunal:

  1. Ekonomis
  2. Biaya Rendah. Kandang komunal dapat mengurangi biaya infrastruktur karena dapat digunakan bersama oleh sejumlah peternak.
  3. Pemakaian Sumber Daya Bersama. Sumber daya seperti air, listrik, dan lahan dapat dimanfaatkan secara bersama-sama, mengurangi biaya operasional.
  4. Pemanfaatan Lahan yang Efisien dan Optimal

Kandang komunal dapat dirancang untuk memanfaatkan lahan secara efisien dan optimal.

  • Pemeliharaan Bersama

Dalam kandang komunal, peternak dapat berbagi tanggung jawab terkait pemeliharaan hewan, pemantauan kesehatan, dan manajemen kebersihan.

  • Keberlanjutan Lingkungan

Kandang komunal dapat menyederhanakan pengelolaan limbah karena dapat dilakukan secara kolektif, dengan metode yang lebih berkelanjutan.

  • Kemungkinan Diversifikasi

Kandang komunal dapat mendukung diversifikasi usaha dengan memberikan peluang bagi peternak untuk berkolaborasi dalam produksi yang berbeda.

  • Sosial dan Pertukaran Pengetahuan

Kandang komunal menciptakan kesempatan bagi peternak untuk berinteraksi, berbagi pengalaman, dan saling memberikan dukungan.

  • Manajemen Risiko

Dalam situasi krisis atau kesulitan ekonomi, kandang komunal dapat memberikan dukungan bersama, membantu mengurangi dampak negatif pada setiap peternak.

  • Skalabilitas

Kandang komunal dapat dirancang untuk mengakomodasi pertumbuhan jumlah hewan atau peternak dengan lebih fleksibel.

Meskipun kandang komunal memiliki sejumlah kelebihan, penting untuk diingat bahwa keberhasilan implementasinya tergantung pada manajemen yang baik, koordinasi antarpeternak, dan pemahaman yang jelas tentang kebutuhan hewan serta faktor lingkungan. Selain itu, aspek hukum dan perizinan juga perlu diperhatikan untuk memastikan keberlanjutan dan kepatuhan.

Kekurangan Kandang Komunal

Kandang komunal, atau sering disebut juga dengan “kandang bersama” atau “kandang kolektif,” adalah fasilitas tempat hewan ternak, seperti kambing atau domba, dipelihara secara bersama-sama oleh beberapa peternak. Meskipun konsep ini memiliki beberapa kelebihan, ada juga kekurangan yang perlu diperhatikan:

  1. Potensi Penyebaran Penyakit

Kandang komunal dapat meningkatkan risiko penyebaran penyakit antar hewan karena mereka berada dalam kontak yang lebih dekat satu sama lain. Jika satu hewan terinfeksi, ada kemungkinan besar penyebaran penyakit ke hewan lain.

  • Kesulitan Pengawasan Individu

Monitoring kesehatan dan kondisi masing-masing hewan dapat menjadi lebih sulit dalam kandang komunal. Identifikasi masalah kesehatan atau reproduksi pada satu hewan dapat memerlukan usaha lebih lanjut.

  • Ketidaksetaraan Pemeliharaan

Tidak semua hewan memiliki kebutuhan yang sama, dan kandang komunal mungkin tidak dapat memenuhi kebutuhan spesifik setiap hewan. Beberapa hewan mungkin memerlukan perhatian atau nutrisi tambahan yang sulit dipantau dalam konteks kandang bersama.

  • Ketergantungan pada Sumber Makanan yang Terbatas

Terkadang, kandang komunal mengandalkan satu sumber pakan atau pasokan air, dan jika terjadi kekurangan atau masalah dengan sumber daya ini, semua hewan dalam kandang dapat terpengaruh.

  • Tingkat Stres yang Mungkin Lebih Tinggi

Hewan-hewan dalam kandang komunal mungkin mengalami tingkat stres yang lebih tinggi karena lebih banyak interaksi sosial dan kurangnya ruang pribadi. Hal ini dapat memengaruhi kesejahteraan dan produksi hewan.

  • Manajemen Limbah

Pengelolaan limbah dari kandang komunal dapat menjadi tantangan. Jika tidak dikelola dengan baik, limbah dapat mencemari lingkungan sekitar dan mengakibatkan masalah kesehatan.

  • Pencemaran Lingkungan

Kandang komunal dapat berkontribusi pada pencemaran lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Limbah hewan, seperti kotoran dan urin, dapat mencemari tanah dan air, memberikan dampak negatif pada ekosistem lokal.

  • Kesulitan dalam Penerapan Praktik Pertanian Berkelanjutan

Kandang komunal mungkin menghadapi kesulitan dalam menerapkan praktik pertanian berkelanjutan karena tantangan dalam manajemen sumber daya dan lingkungan yang melibatkan banyak peternak.

Dalam merencanakan atau mengelola kandang komunal, penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor ini untuk meminimalkan risiko dan memastikan kesejahteraan hewan, produktivitas, dan keberlanjutan lingkungan.

Gambar 33. Kandang Komunal Kambing/Domba (Sumber : Dokumen Pribadi)

Konsistensi Kementan, Tingkatkan IP dan PAT di Kabupaten Sumedang

SUMEDANG – Kementerian Pertanian terus konsisten meninjau jalannya program pompanisasi di seluruh wilayah Indonesia. Peninjauan bertujuan guna memastikan semua pompa yang sudah didistribusikan telah dimanfaatkan dan benar-benar berfungsi dengan baik sesuai target, sehingga mampu memberi dampak positif pada peningkatan produksi.

Terbukti dibeberapa wilayah Indonesia program pompanisasi ini telah mampu meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) dari yang tadinya hanya satu kali tanaman dalam setahun kini menjadi 3 kali tanam dalam setahun.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menuturkan, pompanisasi menjadi langkah antisipatif dan strategis dalam menghadapi tantangan El Nino dan perubahan iklim yang semakin tidak terduga.

Mentan Amran juga mengungkapkan pompanisasi ini sangat berdampak terhadap peningkatan Indeks Pertanaman (IP) sehingga produksi gabah kering giling (GKG) juga semakin meningkat signifikan dengan kenaikan 9,82 persen di banding tahun sebelumnya.

Plt. Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengungkapkan optimalisasi irigasi dan pengairan lahan pertanian dengan pemanfaatan pompa yang baik dan benar akan mampu meningkatkan produksi dan Indeks Pertanaman (IP) diseluruh wilayah yang terdampak el nino.

“Peninjauan dan monitoring evaluasi program pompanisasi harus terus dilakukan agar semuanya berjalan lancar dan sesuai dengan target. Ketika program pompanisasi berjalan dan sudah termanfaatkan dengan baik optimalisasi lahan juga akan meningkat sehingga hasil akhirnya panen dan produktivitasnya juga akan ikut naik” ujar Dedi

Tim Satgas Pangan BBPKH Cinagara yang di ketuai Tedy Cahyo Sulistiyo Widodo terus konsisten melakukan pemantauan dan monitoring evaluasi program pompanisasi untuk meningkatkan PAT dan IP di Kabupaten Sumedang (25-28/06).

Tim satgas darurat pangan BBPKH Cinagara kali ini memantau proses pompanisasi dibeberapa tempat salah satunya DPKP Sumedang bidang PSP ALSINTAN TR-2 Anggaran APBD sebanyak 20 unit pompa TR-2 APBD yang sudah beroprasi mengairi lahan-lahan sawah sehingga kegiatan peningkatan PAT ketahanan pangan di Kabupaten Sumedang sudah berjalan sesuai target.

Tedy bersama tim BBPKH Cinagara juga bertolak ke Desa Kudawangi Kecamatan Ujungjaya untuk memantau pemanfaatan 1 unit pompa existing berukuran 6 inch dengan pemanfaatan sumber air permukaan sungai Cimanuk.

Dalam kunjungannya Tedy bersama tim didampingi Enceng selaku ketua kelompok Poktan Kenda memonitoring luasan lahan sawah yang sudah teraliri air dengan jumlah luasan sebanyak 42 ha. Selanjutnya monitoring di Desa Maronge Kecamatan Tomo di Poktan Bina Usaha didampingi Tatang selaku ketua Poktan. Pemanfaatan pompa existing di Poktan Bina Usaha ini sebanyak 2 unit berukuran 6 dan 4 inch telah mampu mengalirkan air dari sungai cilutung ke 47 ha lahan sawah.

Tedy menuturkan dengan adanya pemanfaatan pompanisasi salah satunya di poktan Bina Usaha ini telah mampu meningkatkan IP dari bulan November dari IP-1 ke IP-2 dan sekarang sudah masuk ke IP-3. Dengan demikian Poktan Bina Usaha ini merupakan poktan dengan progres yang cukup baik oleh karenanya pada Refocusing APBN T.A 2023 Poktan Bina Usaha mendapatkan bantuan 1 unit CHS yang sudah dipakai panen bulan April – Mei 2024 , dan direncanakan akan ada pembentukan UPJA di Poktan Bina Usaha, jelas Tedy.

Diakhir kunjungannya Tedy bersama tim BBPKH melakukan monitoring dan evaluasi bersama tim PSP, perwakilan Kodim dan PJ Kabupaten Sumedang ke Poktan Cipari dengan Admu selaku ketua kelompok tani, dalam monitoring dan evaluasi terseebut Tedy berharap dengan adanya bantuan 1 unit pompa berukuran 3″ mampu berjalan dengan baik dan mampu mengairi 8,96 ha lahan sawah, sehingga mampu meningkatakan IP yang signifikan seperti di poktan Bina Usaha.

“Dengan adanya monitoring dan evaluasi ini diharapkan progres optimalisasi lahan dan kegiatan pompanisasi di kabupaten Sumedang dapat terus terkontrol dan terpantau sehingga semuanya berjalan dengan baik, cepat dan tepat, sehingga mampu mempercepat masa tanam pada bulan Juli, Agustus, September mendatang dan meningkatkan indeks pertanaman (IP) dengan signifikan ” pungkas Tedy

Skip to content