Skip to content Skip to left sidebar Skip to footer




Author: BBPKH

Cerdas Memilih Bahan Pangan Asal Hewan

ABSTRAK

Pangan asal hewan dibutuhkan manusia sebagai sumber protein hewani yang didapat dari susu, daging dan telur. Protein hewani merupakan zat yang penting bagi tubuh manusia karena mengandung asam amino yang berguna untuk meningkatkan metabolisme tubuh serta pembakaran energi (Hidayatullah, 2012) Menurut Direktorat Jenderal Peternakan (2011), dalam survey yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS), kebutuhan protein hewan asal ternak meningkat dari tahun 2006 sampai tahun 2011 sebesar 20%. Tingginya kebutuhan protein diakselerasi oleh peningkatan produksi daging ayam broiler di peternakan dari tahun
2006 sampai tahun 2011 meningkat sebesar 30%. Pangan segar asal hewan memiliki nilai dan
kualitas yang tinggi bagi kemaslahatan manusia, karena mengandung protein hewani yang merupakan asam amino essensial yang tidak dapat diganti dengan protein nabati atau protein essensial sintetis lainnya, sangat bermanfaat bagi pertumbuhan serta berperan mencerdaskan kehidupan bangsa. Akan tetapi, disisi lain pangan segar asal hewan memiliki karakteristik mudah rusak (perishable food) dan berpotensi membahayakan (potentially hazardous). Untuk itu, Undang-Undang mengatur aspek mulai dari pengawasan, pemeriksaan, pengujian, standardisasi, sertifikasi dan registrasi terhadap produk dan unit usaha, sejak produk pangan asal hewan diproduksi di kandang sampai dengan siap dikonsumsi di meja makan. Selain itu juga untuk memastikan produk pangan asal hewan memenuhi kriteria aman, sehat, utuh dan Halal* (*bagi yang dipersyaratkan).
Kata kunci: Pangan Asal Hewan, Daging, Susu, Telur, ASUH.

Dukung Percepatan Pencegahan Stunting, BBPKH Kementerian Pertanian Tingkatkan Kapasitas SDM Melaui Pelatihan Pengolahan Hasil Peternakan

Bogor – Hasil Survey status Gizi Indonesia (SSGI) prevalensi stunting di Indonesia turun dari 24,4% di tahun 2021 menjadi 21,6% di tahun 2022 (Kemenkes). Menurut Presiden Joko Widodo stunting bukan hanya sekedar urusan tinggi badan tetapi paling berbahaya adalah rendahnya kemampuan anak untuk belajar, keterbelakangan mental, dan yang ketiga munculnya penyakit-penyakit yang kronis. Meskipun angka stunting pada tahun 2022 cenderung menurun, tetapi penanganan secara masif terhadap stunting juga harus terus dijalankan.

Read More

Skip to content